JIC– Myles Hembrow yakin penempatannya ke Oman bersama Angkatan Laut Australia untuk memerangi pembajakan dan pengedar narkoba adalah jendela ajaib yang membuka dunia Islam baginya.
Saat itu Idul Fitri dan saat umat Islam merayakan acara tersebut, dia tercengang dengan keramahan orang-orang yang mengundang pasukan untuk berbagi makanan.
“Yang mengejutkan saya adalah keramahan orang-orangnya. Kami adalah pasukan pertahanan asing di negara itu, tetapi mereka mengundang saya untuk duduk dan makan bersama mereka,” katanya kepada The Sydney Morning Herald.
“Saya tidak bisa memahami betapa ramahnya semua orang. Itu adalah sesuatu yang selalu ada di benak saya.”
Lahir di Australia dari orang tua Kaukasia, Hembrow bersekolah di sekolah katolik. Dia tidak membenci agama yang tumbuh dewasa, tetapi imannya tidak pernah terasa benar.
“Sesuatu tentang Tritunggal tidak cocok dengan saya … Saya merasa seperti saya berpikir cukup Islami sebelumnya, tetapi sekarang saya memiliki kerangka kerja dan titik jangkar,” katanya.
Muslim Australia membentuk 2,6% dari populasi 26 juta, menurut sensus terakhir pada 2016. Ini naik dari 2,2% pada sensus 2011.
Hari ini, Hembrow menjalankan lima rukun Islam, termasuk sholat lima waktu sehari, puasa selama Ramadhan, dan melakukan amalan shaleh lainnya.
Tentang amal, dia berkata: “Itu tidak [harus] finansial, bisa apa saja. Memberi seseorang waktu Anda, menghubungi ibu saya melalui panggilan telepon. Saya tidak pernah berbicara dengan ayah kandung saya tetapi sekarang secara Islami adalah hal yang sangat penting untuk memiliki kekerabatan itu,” ujarnya.
“[Iman saya] membantu saya membangun banyak jembatan yang sebelumnya tidak ada.” tegasnya.
Hembrow juga menghadiri kelas Ilmu Islam dua sampai tiga kali seminggu untuk mengembangkan pemahamannya tentang iman. Dia juga belajar bahasa Arab di University of Sydney sambil bekerja penuh waktu.