AFP
Image captionSepeda motor adalah cara terbaik untuk menghindari waktu terbuang dalam kemacetan.
“Kemacetan lalu-lintas jelas membuat banyak waktu terbuang.”
JIC– Berbagai cara diambil untuk mengatasi kemacetan, antara lain dengan memberdayakan sepeda motor, moda transportasi yang relatif jauh lebih efisien membelah lautan kendaraan di jalan, terutama pada jam-jam sibuk.
Taksi sepeda motor atau ojek pun menjadi populer, meski di beberapa negara Afrika keberadaan ojek ini melanggar hukum.
Di kawasan Afrika Timur, ojek dikenal dengan sebutan “boda bodas”, “moto-taxis”, atau “motos”, sementara di sejumlah daerah di Afrika Barat dinamakan “okadas”.
Anak-anak muda yang tak punya pekerjaan, beramai-ramai menjadi pengojek dan bisnis ini sekarang melayani jutaan orang di Afrika.
Tetapi bisnis ojek menghadapi sejumlah penolakan, salah satunya terkait dengan keselamatan.
Pengojek yang ugal-ugalan atau yang mengendarai sepeda motor dengan sembrono tentu bisa membahayakan pengguna.
Tak mengherankan jika di di Ghana, tengah terjadi perdebatan apakah ojek sebaiknya dilarang.
Rwanda pernah menerapkan larangan ojek, tapi kemudian membatalkannya karena lalu lintas di ibu kota Kigali begitu buruk yang membuat keberadaan ojek sangat membantu warga.

Dan sekarang Rwanda mendorong dunia usaha mengembangkan bisnis ojek online.

Peluang ‘masih terbuka lebar’
Perubahan kebijakan pemerintah membuat bisnis ojek sekarang menjadi terbuka lebar.
Perusahaan taksi sepeda motor seperti SafeMoto dan YegoMoto mempergencar promosi agar lebih dikenal di Rwanda.
Perusahaan ojek yang didirikan lulusan AS, SafiRide, meluncurkan layanan dengan menyediakan sepeda motor listrik dan berjanji bahwa pengojek mereka telah menjalani seleksi yang ketat.
Mereka juga mengatakan bahwa layanan mereka lebih ramah lingkungan karena menggunakan sepeda motor listrik.
Sepeda motor listrik milik mereka dapat dipanggil di pinggir jalan atau lewat aplikasi yang tersedia di lima kota Rwanda.

Sejumlah pihak memperkirakan, pasar ojek di Afrika Sub-Sahara dapat mencapai nilai sekitar US$80 miliar atau Rp1.100 triliun dan para penanam modal sangat mendukung bisnis baru yang memajukan “Uber-isasi” sektor ini.
Salah satunya adalah perusahaan ojek Nigeria, MAX.ng, yang didirikan Adetayo Bamiduro dan Chinedu Azodoh, lulusan MIT Sloan School of Management.
Mereka baru-baru ini menghimpun US$6 juta atau Rp84 miliar dari para penanam modal dan US$1 juta atau Rp14 miliar dalam bentuk hibah untuk memperluas operasinya di Afrika.
Dari segi jumlah, ini bukan dana yang besar untuk ukuran Silicon Valley, tetapi hal ini menjadi penting terkait dengan bagaimana bisnis ventura teknologi Afrika berjuang mendapatkan dukungan para penanam modal, terutama jika dibandingkan dengan bisnis baru pada pasar yang kurang lebih sama di bagian lain dari dunia berkembang.
Pada bulan Juni, MAX.ng yang saat ini beroperasi dari Lagos, juga mendapatkan dukungan Yamaha.
Perusahaan sepeda motor Jepang tersebut telah menginvestasi US$150 juta atau Rp2,1 triliun ke Grab, perusahaan transportasi yang bermarkas di Singapura tahun lalu.
Kesepakatakan MAX.ng merupakan langkah strategis kedua Yamaha dalam mendukung perusahaan ojek di pasar yang sedang berkembang.
Usaha membuat aplikasi super di Afrika
Osarumen Osamuyi, warga Nigeria mantan pemodal ventura yang sering menggunakan jasa ojek, sepakat bahwa potensi bisnis ojek online sangat besar di Afrika.
Sebelumnya, pria yang tinggal di Nairobi dan Lagos ini telah melewati kesempatan untuk berinvestasi pada bisnis baru ojek yang menjanjikan.

Osamuyi yang sekarang menjadi pengamat pasar mengatakan yang ia saksikan sekarang adalah perlombaan untuk menjadi pemain dominan di bisnis ojek online di Afrika.
Para investor teknologi sekarang mengamati dengan seksama siapa yang akan menciptakan platform digital terbaik bagi benua tersebut.
Perusahaan seperti MAX.ng, Gokada dan SafeBoda berusaha meniru keberhasilan Grab dan Gojek di Asia Tenggara, dengan mendirikan jaringan pemakai di seluruh Afrika dalam waktu secepat mungkin.
Kemudian mereka berencana mendapatkan keuntungan dari jaringan pemakai yang mereka miliki dengan menjual layanan yang berguna seperti verifikasi jati diri, disamping layanan keuangan seperti pembayaran telepon genggam, fasilitas kredit dan asuransi-mikro.
Setelah itu, nyaris tiada batas untuk mengembangkan bisnis dan meraup keuntungan.
Pada titik itu, penanam modal dapat mengharapkan keuntungan bisnis besar karena bisnis baru telah menciptakan cara yang menguntungkan dalam mendapatkan nilai komersial lewat platformnya.
Tetapi untuk sementara ini, para penyedia layanan ojek online di Afrika harus berjuang dulu mendapatkan basis pelanggan sebanyak mungkin.
Versi asli tulisan ini: Why motorbike apps are scrambling for Africa bisa dibaca selengkapnya di BBC News.
sumber : bbcindonesia.com