MASJID DI HUT JAKARTA

0
254

Dalam rangka memperingati HUT Kota Jakarta ke-485 ini dan untuk mengenang peran masjid sebagai basis perjuangan umat Islam Ibukota melawan penjajah, Jakarta Islamic Centre mengadakan Pekan Islam Ibukota dengan serangkaian kegiatan, yaitu Tabligh Akbar Bersama Prof. Dr. H.M. Nasim, SH, MH dan KH. Wahfiudin Sakam, SE, MBA (17/06), Pelatihan Shalat Khusyu Bersama Dr. KH. Hamdan Rasyid, MA (18/06), Training Motivasi Menjemput Impian (19/06), Public Training Metode Alif (20/06), Pelatihan Blog (21/06), Lomba Praktek Shalat Berjama`ah untuk Siswa SD (21/06), Bedah Buku Ulama dan Jakarta (22/06), Donor Darah (22/06), Khitanan Anak Shaleh (23/06), dan Bursa Buku (17 s/d 23/06). Bagi yang berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dapat mendaftarkan diri setiap hari kerja ke Jakarta Islamic Centre (JIC) ke nomor telepon (021) 4413069, (021) 44835349 via Dewi, Lala, Desi atau Ina

Apa salah satu kesan adik tiri Barack Obama, Maya Soetoro-Ng tentang Indonesia, khususnya Jakarta? “Saya sering bercerita (kepada kedua putri saya) soal kehidupan dulu di Menteng Dalam, bagaimana rasanya mendengar azan setiap pagi,” kata Maya usai menjadi pembicara diskusi “Pendidikan untuk Kompetensi Global” di Jakarta pada hari Selasa, 5 Juni 2012.

Iya, dia memiliki kesan tersendiri yang begitu membekas tentang azan dan ia ceritakan kepada kedua putrinya. Kesan yang akan dirasakan oleh siapapun yang tinggal di Jakarta, apalagi bila terjaga pada waktu subuh, apapun agamanya. Kesan tentang kekhasan Jakarta, kota seribu masjid dan musholla. Kesan ubu yang juga melekat kuat dalam diri budayawan Betawi, Ridwan Saidi. Dalam sebuah tulisannya ia berkata,”Terdapat sebuah masjid bernama An Nur di dekat rumah saya, yang didirikan pada tahun 1926 oleh Haji Tabri Thamrin, ayah dari Muhamad Husni Thamrin. Sama dengan masyarakat Betawi lainnya, masjid merupakan pusat kegiatan anak-anak. Kami, anak-anak bermain di masjid sepanjang siang. Kami pergi ke pengajian pada pagi hari yang diselenggarakan di mesjid. Amat umum untuk anak Betawi disekolahkan ke pengajian sebelum mereka masuk sekolah umum. Nenek saya mengantar saya ke engkong Musa, imam mesjid, untuk ikut dalam pengajiannya. Murid-muridnya semua teman saya, membuat saya merasa ada di rumah. Kami belajar membaca al Quran dan belajar sembahyang. Bayarannya secara sukarela. Wajah engkong Musa masih tertanam amat dalam di ingatan saya, laki-laki tua yang kuat, yang melakukan pekerjaannya secara ikhlas. Ketika kami berumur sepuluh tahun, pengajian mengambil tempat di rumah engkong Musa yang dilakukan malam hari. Setelah pengajian selesai, kami bermain di halaman mesjid. Saya menyadari kemudian, bahwa atmosfir keagamaan inilah yang membentuk kepribadian saya” (Saidi,1986).

Maka, terkait dengan HUT Kota Jakarta ke-485 ini, masjid seharusnya tidak dilupakan. Apa masalahnya jika perayaan di HUT Kota Jakarta dirayakan di masjid-masjid dengan perayaan yang bernilai ibadah? Bukankah dalam sejarah Jakarta masjid merupakan salah satu basis perjuangan umat Islam dalam melawan penjajah? Sejarah mencatat, kehadiran masjid selama sekitar satu abad di Jayakarta dibumihanguskan oleh J.P.Coen dan pasukannya karena diduga telah memberi andil bagi proses islamisasi Jayakarta dan menjadi salah satu basis utama kaum muslimin dalam melawan mereka. Namun, sebagaian masjid-masjid tersebut kemudian dibangun kembali dan ada pula yang tidak turut dibumihanguskan. Kini, umat Islam masih dapat melihat keberadaan masjid-masjid tersebut dan masjid-masjid tua lainnya, yaitu diantaranya: Masjid AS-Salafiyyah, Jatinegara Kaum (1620); Masjid al-’Alam, Marunda (1663); Masjid al-’Alam, Cilincing (1665); Masjid al-’Atiq, Cawang (1630), Masjid Bait al-Ma’mur, Tanah Abang (1630); Masjid al-Manshur, Jembatan Lima (1717); Masjid Pekojan, Pekojan (1755); Masjid Kampung Angke, Angke (1761); Masjid Kampung Tambora, Tambora (1762); Masjid Kebon Jeruk, Jakarta Kota (1786); Masjid Kampung Bandan, Kampung Bandan (1789); dan Masjid al-Istiqamah, Tegal Parang (1805).

Menurut Dr. Asmawi, penting diketahui bahwa masjid-masjid di Batavia itu -selain mengindikasikan perkembangan Islam di Batavia- juga merepresentasikan asimiliasi dan akulturasi sejumlah etnis yang melandasi kemunculan kelompok etnis baru, yang kemudian mengidentifikasi diri dengan orang ”Selam”. Di Masjid, transformasi ilmu dan nilai ajaran Islam di kalangan masyarakat Betawi berlangsung secara intensif, melalui pengajian ”kitab kuning”. Masjid mejadi wadah dan media pembentukan keberagamaan masyarakat Betawi, di samping sebagai sarana ibadah ritual keseharian mereka. Tradisi pengajaran agama di masjid bukanlah hal baru karena dapat ditemukan di hampir seluruh dunia Islam, khususnya di dua masjid utama di Kota Suci, Masjdil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Kini, walau masjid-masjid di Jakarta yang membuka pengajian kitab kuning sudah berkurang, namun suara azan masih tetap terdengar untuk mengajak kaum muslimin melakukan mi`raj melalui shalatnya. Bahkan tidak sedikit dari non muslim yang mendapatkan hidayah karena mendengarkan ajakan mi`raj tersebut. Walau demikian, perlu ada satu gerakan agar masjid menjadi makmur karena tidak sedikit dari masjid-masjid yang krisis jama`ah, apalagi pada saat shalat subuh. Azan subuh dikumandangkan, tapi yang shalat berjama`ah hanya segelintir orang.

Akhirulkalam, dalam rangka memperingati HUT Kota Jakarta ke-485 ini dan untuk mengenang peran masjid sebagai basis perjuangan umat Islam Ibukota melawan penjajah, Jakarta Islamic Centre mengadakan Pekan Islam Ibukota dengan serangkaian kegiatan, yaitu Tabligh Akbar Bersama Prof. Dr. H.M. Nasim, SH, MH dan KH. Wahfiudin Sakam, SE, MBA (17/06), Pelatihan Shalat Khusyu Bersama Dr. KH. Hamdan Rasyid, MA (18/06), Training Motivasi Menjemput Impian (19/06), Public Training Metode Alif (20/06), Pelatihan Blog (21/06), Lomba Praktek Shalat Berjama`ah untuk Siswa SD (21/06), Bedah Buku Ulama dan Jakarta (22/06), Donor Darah (22/06), Khitanan Anak Shaleh (23/06), dan Bursa Buku (17 s/d 23/06). Bagi yang berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dapat mendaftarkan diri setiap hari kerja ke Jakarta Islamic Centre (JIC) ke nomor telepon (021) 4413069, (021) 44835349 via Dewi, Lala, Desi atau Ina. ***

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Koordinator Pengkajian JIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × three =