Melihat judul di atas, semoga Pembaca tidak langsung merinding. Preman ? Wow serem. Pasti preman itu sadis. Suka merampas, merampok, bahkan membunuh. Pokoknya pasti sadislah ! Itu juga tidak salah Pembaca, tapi jangan pukul rata, soalnya tidak semua preman itu sadis. Ada preman yang tidak sadis kok ! Meski preman itu memang identik dengan dunia kriminal dan kekerasan, karena memang kegiatannya tidak lepas dari kedua hal tersebut.
Kata preman dalam bahasa indonesia, sesungguhnya berasal dari bahasa inggris “free man” dan bahasa belanda “vrijman” yang berarti orang bebas, merdeka dan tanpa ikatan. Kata preman menjadi suatu indokrinasi. Dari sinilah kemudian timbul hasrat untuk berbuat sesuai keinginan tanpa ada penghalang.
Preman ada dimana-mana. Diterminal ada, di pasar juga ada. Ada preman sebagai tukang parkir, jadi derek liar di tol, ada yang jadi Pak Ogah. Bahkan ada juga preman yang jadi tukang peras tapi ngaku-ngaku sebagai wartawan.
Belakangan ini, aksi preman yang terjadi di ibukota melonjak. Tentunya membuat miris dan mengganggu kenyamanan lingkungan, baik bagi warga yang tinggal di Jakarta atau pelaku usaha yang ingin berkembang.
Menurut media ibukota, aksi premanisme terjadi di beberapa lokasi wilayah Jakarta. Diantaranya di kawasan Bongkaran Tanah Abang Jakarta Pusat dan Kalijodo Jakarta Utara. Di daerah ini sering terjadi aksi pemalakan.
Sedangkan di terminal Grogol, Kampung Rambutan, Blok M, Pulogadung dan terminal bus Kalideres, puluhan preman kerap meresahkan warga, mereka memalak dan memeras. Selain itu aksi Pak Ogah juga terlihat di daerah macet. Berlaga memberikan jasa, mereka minta lembaran uang. Bahkan di lampu merah, para pengamen menghadang kendaraan.
Rupanya aksi preman di ibukota tidak sekedar memeras dan memalak di tempat umum atau jalan saja, tapi sekarang aksinya sudah pada tingkat yang mengkwatirkan. Mereka bertindak sangat sadis, seperti yang terjadi pada dua kasus yang belum lama ini terjadi. Yaitu kasus penyekapan.
Kasus penyekapan pertama terjadi di Jakarta Barat. Tanggal 13 September 2013 pukul 13.00, Hernawati ( 46 tahun ) dipaksa menyerahkan sejumlah uang kepada segerombolan preman, karena menolak, Hernawati ditarik paksa dan disekap di sebuah rumah di Kedoya Jakarta Barat.
Saat disekap, Hernawati mendapat siksaan yang sangat sadis. Para preman dengan leluasa menetesi sekujur tubuhnya menggunakan tetesan plastik yang dibakar. Disamping itu Hernawati juga mendapat perlakuan buruk berupa penyiksaan secara seksual.
Kasus yang kedua masih terjadi di Jakarta Barat. Kasusnya menimpa Ahmad Zamani dan Arifin warga Jakarta Barat. Mereka disekap berhari-hari di sebuah ruko di jalan Hayam Wuruk.
Apakah aksi preman yang meresahkan warga akhir-akhir ini dapat segera ditanggulangi atau sebaliknya makin parah. Menurut Kriminolog Universitas Indonesia Yogo Tri Hendarto, penegak hukum terutama kepolosian cenderung melakukan pemberantasan secara reaktif. Dimana penindakan dilakukan setelah ada kasus gangguan keamanan oleh preman yang mencuat.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, untuk memberantas premanisme harus ada peran signifan dari masyarakat sendiri. Pemda setempat pun sedianya terus melakukan antisipasi dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian.
Syekh Abdul Lathif al-Munahi dalam makalahnya yang berjudul al-Balthajah fi Mizan al-Islam, menjelaskan bahwa benih premanisme muncul sejak awal sejarah manusia. Ini ditandai dengan peristiwa pembunuhan Habil oleh saudaranya Qabil. Kisah ini tertuang di ayat 27 surat al-Maidah.
Beliau memberikan solusi untuk mengatasi preman, yaitu optimalisasi peran dai dan ulama, keterlibatan media untuk edukasi dan sosial kepada masyarakat perihal bahaya premanisme. Juga tak kalah pentingnya adalah peran aktif dari pemerintah untuk memberantas premanisme.
Itulah Jakarta, ibukota negara kita tercinta dengan problematika premannya. Kita berdoa, Jakarta dan seluruh warganya terbebas dari ancaman preman dalam segala bentuknya.
Semoga,
Effendy_________________fenbaskia@gmail .com











