Ini adalah kriteria mempercayakan Muhammad untuk menyampaikan pesan Tuhan. Meskipun Nabi Muhammad tidak mempraktikkan penyembahan berhala rakyatnya, dia dikenal karena kejujurannya dan mereka memanggilnya “yang terpercaya.”
Pesan Nabi Muhammad adalah tentang beriman kepada Allah SWT dan dia diutus untuk menyempurnakan akhlak sehingga hidupnya adalah soal akhlak. Rasulullah SAW bersabda, “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya ayat 107)
Selain itu juga tidak ada ruang bagi keterlibatan setan dalam proses pewahyuan. Ini karena Alquran, yang diyakini umat Islam sebagai firman Allah SWT, mengajarkan penyembahan hanya Allah SWT dengan menaati-Nya dan tidak menaati setan.
Lalu mengapa Islam menjadi agama? Islam datang untuk menegaskan keyakinan dan praktik yang selaras dengan ajaran Alquran. Islam hanya mengubah praktik-praktik aneh yang bertentangan dengan fitrah murni umat manusia. Diutusnya Nabi Muhammad SAW dinubuatkan dalam kitab suci sebelumnya.
Ilmu pengetahuan modern menegaskan kebenaran Islam karena Alquran berbicara tentang fakta-fakta ilmiah yang berbeda yang telah ditemukan baru-baru ini. Tidak ada mitos dalam Islam. Islam sangat sederhana untuk dipeluk dalam kehidupan kita sehari-hari.
Islam menempatkan akal budi manusia pada kedudukan yang sangat tinggi karena akal itulah yang membantu kita berpikir, beribadah, dan merenung. Dalam Islam, umat Islam dimintai pertanggungjawaban karena mereka memiliki kemampuan akal.
Allah SWT berfirman, “…Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!” (QS Al-Baqarah ayat 197)
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Alquran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yusuf ayat 111)
Semua ayat ini menunjukkan bagaimana Islam memandang kecerdasan manusia dan menganggapnya sebagai titik acuan untuk beberapa situasi. Untuk melindungi kemampuan akal, Islam melarang mengonsumsi alkohol dan narkotika. Namun, perlu dicatat bahwa akal manusia memiliki keterbatasan.
Ada hal-hal tertentu yang melampaui kapasitas akal manusia. Untuk memahami masalah-masalah seperti itu, Islam memberikan ruang kepada wahyu ilahi untuk membebaskan akal manusia dari segala upaya yang dapat menyesatkannya. Muslim meyakini bahwa setelah kematian orang akan ditanyai di dalam kubur. Perincian tentang apa yang terjadi setelah kematian ada di dalam Alquran dan Hadits.
Memahami sifat pertanyaan tersebut melampaui akal manusiawi kita. Ini sama dengan mempercayai fenomena ilmiah meskipun kita tidak memahami sifat sebenarnya dari fenomena ini. Di sinilah keseimbangan Islam menyerang antara akal dan wahyu.
Sumber : Republika.co.id