JIC,– Membaca sejarah hidup Nabi Muhammad saw bukan sebatas untuk mengeja nama-nama peristiwa, tempat, tanggal dan hal-hal formalis-tekstualis lainnya. Tapi, ada tujuan dan nilai yang lebih substantif dari setiap peristiwa masa lalu, di mana Rasulullah saw menjadi figur utamanya.
Sejarah hidup Nabi Muhammad saw atau biasa diistilahkan sebagai Sirah Nabawiyah, merupakan serangkaian kisah hidup Nabi Muhammad saw dari mulai beliau lahir sampai tutup usia. Bahkan, beberapa sejarawan menuliskan jauh sejak sebelum kelahiran Baginda Nabi.
Untuk menyebutkan beberapa rekomendasi bacaan kitab (buku) Sirah Nabawiyah, Syekh Musthafa as-Shiba’i menyebutkan beberapa di antaranya Sirah Ibnu Hisyam karya Ibnu Hisyam al-Himyari (w. 213/ 2018 H), Tabaqat Ibnu Sa’ad karya Ibnu Sa’ad al-Zuhri (w. 230 H), Tarikh at-Thabari karya Ibnu Jarir al-Thabari (w. 310 H), Dalail al-Nubuwwah karya Al-Ashfihani, Syamail al-Muhammadiyyah karya Al-Tirmidzi, dan masih banyak lagi. (lihat Musthafa as-Shiba’i, Sirah Nabawiyah Durus wa ‘Ibar, hal. 29-31)
Sebetulnya, sebelum kitab-kitab di atas, penulisan Sirah Nabawiyah sudah lebih dulu dilakukan oleh para ulama yang tercatat sebagai penulis sejarah Nabi saw generasi pertama. Mereka adalah Urwah bin Zubair (w. 92 H), Aban bin Utsman (w. 105 H), Wahab bin Munabbih (w. 110 H), Syurahbil bin Sa’ad (w. 123 H), dan Ibnu Syihab az-Zuhri (w. 124 H). Hanya saja, karya generasi awal tersebut hilang dimakan zaman dan tidak ditemukan sampai hari ini (lihat Fiqh al-Sirah, hal. 26)
Kalau dari penulis sendiri merekomendasikan kitab Rahiq al-Makhtum karya Safyurrahman al-Mubarakfuri. Kitab Sirah Nabawiyah modern yang padat dan lengkap. Kitab ini dianugerahi sebagai juara pertama dalam penulisan sejarah hidup Nabi Muhammad saw oleh Liga Muslim Dunia, di Islamic Conference on Seerah.
Sumber : nu.or.id