قَالَ ٱجْعَلْنِى عَلَىٰ خَزَآئِنِ ٱلْأَرْضِ ۖ إِنِّى حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”
[Surat Yusuf (12): 55]
JIC- Yusuf as meminta posisi bendaharawan negara dengan melihat kapasitas dirinya berupa kecakapan, sifat amanah dan penjagaan yang belum dimengerti petugas lain, seperti ; menjamin amannya hasil-hasil bumi, meneliti secara seksama barang yang masuk maupun keluar, mengetahui teknik pengaturan, pendistribusian, penahanan (barang) dan segala jenis pengelolaan.
Yusuf as tidaklah meminta kedudukan demi kepentingan diri sendiri dengan mengambil momentum legitimasi dari raja, sehingga memohon agar dijadikan menteri yang mengurus hasil bumi. Namun ia memang cerdas dan memahami pentingnya perencanaan, pengaturan ekonomi dan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
“Ada tiga hal apabila ada padanya, dia adalah seorang yang munafik walaupun dia puasa, salat, dan merasa dia seorang muslim. Apabila bicara dia berdusta, apabila berjanji dia tidak menepati, dan apabila diberi amanat dia khianat,” [HR. Bukhari dan Muslim]
Menurut Imam Al-Baihaqi dalam Mukhtasar Sya’bul Iman (Syarah 77 Cabang Iman), amanat menurut bahasa merupakan bentuk jamak dari kata amanah. Menurut istilah adalah setiap yang diwajibkan kepada hamba, seperti salat, zakat, puasa, membayar hutang, menyampaikan titipan, menjaga rahasia dan sebagainya. Allah Ta’ala bahkan mengabadikan tentang urgensi amanat di dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.
Di surat Yusuf ini kita akan mendapati betapa amanahnya Yusuf as. Beliau pun fokus dengan tugas-tugas sesuai TUPOKSI yang diembannya bagaimana mengamankan stok pangan nasional dan menjaga stabilitas harga-harga komoditi di pasaran saat itu. Tidak terbersit untuk melakukan hal-hal lain yang akan mengganggu tugas pokoknya sebagai bendaharawan negera. Memiliki integritas, amanah, profesional sehingga berhasil mengamankan waktu tujuh tahun yang gemilang untuk menghadapi tujuh tahun masa paceklik dan kesulitan pangan.
Kisah ini menunjukkan Yusuf as memiliki akhlak yang mulia, sabar dalam menghadapi ujian, taat kepada Allah, dan menjaga kehormatan. Ia sabar atas kezaliman saudara-saudaranya sendiri. Sabar dalam menjalani hukuman di penjara karena fitnah isteri al-Azis. Sabar menahan diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Ta’ala tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya, bahkan akan selalu menyayangi dan menjaganya. Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya mendapatkan rahmah ; kekuasaan, kekayaan, kesehatan, dan lain-lain.
Gabungan unsur yang sempurna dari ilmu, akhlak, adab dan perilaku yang baik akan membawa seseorang pada kedudukan tinggi dan kemuliaan. Kelak, raja tertinggi Mesir yang bernama Rayyan bin al-Walid akhirnya memeluk Islam di tangan Yusuf as.
*Ditulis oleh, Ustaz Arief Rahman Hakim, M.Ag (Kasubdiv Pendidikan dan Pelatihan PPIJ)