JIC – Dua tahun silam sungguh asing bagiku menginjakkan kaki ini untuk pertama kalinya melihat suasana kehidupan kampus yang baru. Kuliah pertama sangatlah membuatku shocked. Melihat begitu banyak perempuan-perempuan muslim dengan kerudung panjang yang terulur di dadanya, melihat banyak dari mereka yang menggunakan gamis dan rok, melihat betapa sopan dan santunnya tingkah laku mereka. Aku mulai penasaran dan tertarik sekali untuk mengetahui seperti apa cerminan seorang muslimah sebenarnya.
Lama belajar agama lain membuatku menjadi lupa akan keislamanku. Malu untuk mengingat itu semua, masa lalu ku yang sangat gemilang, nilai-nilai yang amat baik untuk mata pelajaran agama Khatolik. Selama tiga tahun aku mempelajari agama lain Islam. Dan tahukah apa saja prestasiku? Menjadi siswa terbaik dengan nilai UAS agama khatolik dengan nilai tertinggi untuk ujian Praktek Agama Khatolik.
Aku Islam. Tentu aku belum mengenal apa itu kerudung. Saat Ramadhan, aku puasa, aku bisa mengaji, aku juga shalat walaupun seingatku dan semauku. Tapi aku malah justru mempelajari agama lain, bukan agama Islam. selama tiga tahun aku sama sekali tidak mengenal Islam, tetapi bukan berarti aku meyakini agama lain, selain agamaku, Islam. Kondisi lingkungan, baik itu di sekolah maupun di rumah membuatku semakin melupakan Islam. Aku tidak tahu, bahwa Islam ternyata indah, penuh kesucian, diwarnai dengan kedamaian. Aku malah focus menghafal isi perjanjian lama dan perjanjian baru di kitab Injil, menganalisis surat-surat di kitab Injil, mempelajari searah penyebaran agama Nasrani, mengingat tanggal-tanggal penting dalam agama Nasrani. Bahkan aku lebih sering membuka kitab Injil daripada kitab suci Al-Qur’an. Astaghfirullah…. Sungguh membuatku sangat menyesal, aku telah membuang banyak waktuku.
Aku juga termasuk siswi yang aktif di paduan suara gereja. Jika menjelang hari Paskah atau Natal, aku selalu ikut andil dalam paduan suara di sekolah, hingga aku hafal lagu-lagu gereja. Astaghfirullah… Ketika teringat hal itu hatiku teramat perih, karena sempat melupakan-Mu Yaa… Allah.
Pertama kali aku masuk kuliah, banyak teman-teman sekelasku yang menebak bahwa aku seorang nasrani. Astaghfirullah… Padahal namaku sudah mencerminkan aku seorang muslim, namun ada lagi yang mengatakan bahwa aku ini seorang muallaf yang kemudian mengganti nama. Subhanallah ini teguran Allah agar aku kembali untuk mempelajari agamaku sendiri karena pengetahuanku tentang Islam sangat minim.
Aku hanya bisa bertanya pada seorang kakak tingkat yang sangat prihatin mendengar kisahku dan sedih melihat kondisiku. Kakak tingkatku sungguh baik ia memberiku Al-Qur’an terjemahan, agar aku mempelajari Islam dari Al-Qur’an. Ia juga memperkenankan diriku untuk bertanya apapun tentang Islam, ia akan menjawab dengan bahasa yang mudah aku fahami. Dan ternyata bukan hanya kakak tingkatku, tapi teman perempuan ku di kelas juga baik, meminjamkan buku-buku Islam padaku. Teman se-organisasiku juga perhatian atas keinginan tahuan ku tentang Islam. Bahagia ku berada di lingkungan kampus yang semakin membuatku sadar bahwa Islam adalah agama yang mulia, dan aku harus bersyukur terlahir sebagai seorang muslim.
Bersambung….
Sumber: Muslimah Inspiring Stories
Pusat Data JIC