SISI LAIN MESIR YANG MENCENGANGKAN

1
1104

tour ke mesir

JIC – Mesir adalah sebuah negeri eksotis. Negeri yang membentang di sepanjang aliran Sungai Nil yang subur itu seakan memeluk erat sejarah peradaban manusia, dari zaman kuno sampai abad modern ini. Berjuta ceritapun mengalir dari negeri itu.

Mesir menjadi saksi pula bagi perjuangan Nabi Allah, Yusuf dan Musa. Sejarah kekufuran Raja Fir’aun, ditandai dengan piramid (ahram), patung sphinx (abu houl), seolah berbaur dengan tanda kejayaan Islam semisal masjid-masjid kuno, Benteng Shalahuddin dan juga universitas Islam tertua di dunia, Al Azhar.

Kekayaan dan keberagaman sejarah yang dipeluk Mesir membuat ia memiliki banyak julukan. Bumi Peradaban (ardh al-hadhârat), Negeri Para Anbiya, Bumi Pergerakan, Ibu Dunia (mishr umm ad dunyâ), Negeri Seribu Menara, adalah nama-nama representasi kebesaran Mesir. Ungkapan yang tidak berlebihan sepertinya, karena Mesir merupakan salah satu “pabrik” para ulama terkemuka di Dunia Islam.

Bergantian Mesir dikuasai oleh para kaisar Romawi dan juga Napoleon Bonaparte. Di masa jaya kekhalifahan Islam, negeri yang eksotis ini dikuasai berbagai dinasti dengan bentuk kerajaan hingga akhirnya Gamal Abdul Naseer menjadikan Mesir sebagai negara Republik.

Antara teknologi dan kesederhanaan

Meski Mesir menyimpan kebesaran sejarah peradaban manusia, namun jangan membayangkan Mesir dengan gambaran super modern. Justru sebaliknya. Di negeri ini  bangunan-bangunan tampak kumuh, dinding-dinding berdebu dengan tembok-tembok yang setengah remuk. Pemandangan tempo doeloe ini bisa dilihat sejak turun dari pesawat di Bandara Internasional Kairo hingga pelosok negeri. Hanya di beberapa wilayah tertentu, seperti kawasan elit Ma’adi, Heliopolis dan lainnya, yang suasananya terlihat lebih mewah dan modern.

Orang Mesir dikenal dengan kepedulian mereka terhadap tenaga kerja manusia. Kebijakan pemerintah Mesir dalam hal ketenagakerjaan cukup baik, sehingga jarang dijumpai pengangguran. Hal ini berimbas pada tingkat kriminalitas yang rendah. Contohnya di Universitas Al Azhar, sistem pengajaran dan tata usahanya masih konvensional. Alasannya, ratusan tenaga kerja mungkin akan kehilangan pekerjaan jika diganti dengan sistem komputer.Namun bukan berarti penduduk Mesir buta teknologi. Penguasaan teknologi warganya begitu mendapat perhatian. Bayangkan, di sini ada program memiliki komputer untuk setiap rumah, yang cicilannya diambil dari tagihan telepon dengan harga sangat murah.

Kesederhanaan penduduk Mesir juga akan kita jumpai di jalan-jalan raya. Jalanan kota Kairo lebih banyak dipenuhi oleh mobil-mobil butut dan berdebu, ketimbang mobil licin mengkilat. Tapi jangan salah, mobil-mobil butut itu kebanyakan bermerek lho! Hanya saja mereka tidak peduli kalau bodinya lecet atau kaca lampunya pecah. Mereka juga tidak gengsi jika lampu sen mobilnya ditempel dengan plester plastik. Jika kendaraan mereka tak sengaja ditabrak, walaupun sempat beradu mulut, ketika sudah sampai pada ungkapan,”shalli ‘alan nabi”(bershalawatlah kepada Nabi), maka urusan seberat apapun akan diterima dengan lapang dada, tanpa ada tuntutan.

Sebanyak 94% penduduk Mesir beragama Islam, selebihnya Kristen dan Yahudi. Kalimat-kalimat Mâsya Allah, Lâ Quwwata illa BiLlah, Tawakkal ‘alAllah adalah pegangan hidup kebanyakan penduduk Mesir. Kalimat itu banyak terpampang di pintu dan tembok depan rumah atau toko mereka. Menebarkan salam dan saling mendoakan saat berjumpa dan berpisah adalah kebiasaan mayoritas penduduknya. Di dalam bis, angkutan umum el tramco (semacam colt-mini), taksi, mal, toko-toko dan tempat umum lainnya sering terdengar bacaan al-Qur`ân yang dipasang lewat radio kaset. Ayat-ayat Suci-Nya menghiasi berbagai sudut kotanya. Menyimpan mushaf di dashboard mobil atau di samping meja kasir sudah menjadi kebiasaan orang Mesir. Mereka membaca ayat-ayat suci itu sambil melakukan aktivitas keseharian semisal berdagang atau menjaga toko.

Suasana religius memang terasa di seluruh penjuru Mesir. Penduduk Mesir tidak mengenal klenik, tahyul, mitos, hantu dan sejenisnya. Daerah pekuburan bukanlah tempat yang menakutkan bagi mereka. Inilah mengapa malam hari di Mesir sama sekali tidak mengerikan, justru ramai dengan penduduk Mesir yang berjalan-jalan. Apalagi di musim panas, penduduk Mesir asyik menikmati malam-malam dengan duduk-duduk di balkon apartemen sambil menonton tv atau mengobrol hingga fajar menyingsing.

Sejatinya mayoritas penduduk Mesir adalah pribadi yang suka menolong, penuh cinta kasih, perhatian dan toleran. Apalagi kepada mahasiswa al-Azhar asy-Syarif. Orang Asia yang belajar di al-Azhar sangat dihormati. Sayangnya untuk urusan administrasi semrawut. Menunda-nunda urusan dengan ucapan bukrah (bukrah: besok) sering terjadi.

Islam versus sekulerisme

Kota Nasr, tempat penulis tinggal, adalah potret keberagaman budaya bangsa Mesir. Di sini lumrah terlihat pria yang menggunakan gamis dengan celana di atas lutut plus jenggot terawat rapih dan kepala ditutup kopiah. Pun terlihat pria bergamis biasa atau berjeans dan berdandan ala bintang film Amerika. Begitupun wanitanya, ada yang ber-niqob (cadar/penutup wajah), berjilbab biasa, berjilbab trendi nan gaul, atau tanpa jilbab sama sekali. Yang disebut terakhir ini sangat sedikit jumlahnya di Kota Nasr.

Jenis niqob pun ada bermacam-macam. Ada niqob yang langsung dengan baju terusan dan ada yang diikat di belakang. Di sini juga biasa melihat wanita menggunakan niqob dengan jilbab trendi jalan bersisian sambil bergandengan tangan dengan lelaki pacarnya. Atau melihat seorang ibu berjilbab panjang menggandeng anak gadisnya yang berpenampilan seksi. Hal ini terjadi pada dekade belakangan ini akibat gempuran hedonisme dan kapitalisme yang mulai merasuki sendi-sendi kehidupan di Mesir. Pelbagai kultur yang mewarnai sejarah Mesir membentuk karakter masyarakat Mesir untuk memiliki toleransi tinggi. Semua masyarakat bercampur baur dalam satu lingkungan dan hidup bersama dalam damai. Orang asing sangat dihormati. Bahkan orang Yahudi di Mesir pun dilindungi, mendapat hak dan kebebasan yang sama dengan warga lain.

Menurut catatan, sebelum peristiwa tahrir mar`ah (gerakan feminisme), jumlah muslimah Mesir berniqob banyak sekali. Tetapi, isu-isu emansipasi wanita yang dihembus-hembuskan oleh seorang artis film keturunan Yahudi-Mesir menyebabkan terjadinya revolusi. Saat itu wanita-wanita (mar’ah) bercadar datang berbondong-bondong mendatangi dan berkumpul di sebuah lapangan luas (maidân). Lalu mereka serempak melepaskan cadar dan jilbab, cuma  menyisakan atasan dan rok pendek. Hingga sekarang kira-kira 40 % saja muslimah Mesir yang menggunakan niqob.

Walau begitu hanya sedikit wanita tak berjilbab di sini. Anehnya, meskipun sebagian besar muslimah Mesir mengenakan jilbab, namun hal itu tidak tampak pada siaran televisi. Yang sering muncul adalah wanita tanpa jilbab. Yah, beginilah yang terjadi jika pemerintahan sekulerisme memegang kekuasan.

Konon, pria Mesir adalah orang-orang yang sangat menghargai wanita. Saya melihat dan mengalaminya saat berada di bis kota, apabila melihat seorang wanita berdiri, apalagi jika perempuan itu sudah tua atau menggendong anak, serta merta pria yang sedang duduk di dekatnya akan berdiri dan menyuruh agar perempuan itu duduk. Namun kini, mulai ada sedikit pergerseran nilai di kalangan anak muda Mesir sekarang. Pemuda-pemuda Mesir yang dulunya sangat hormat terhadap wanita itu, kini mulai berani bersuit-suit dan menggoda wanita yang berjalan di depannya.

Aneka tradisi

Orang Mesir memiliki kebiasaan minum say (teh manis) sedikitnya 11 kali sehari. Makanan utama penduduk Mesir adalah ‘isy (roti kering dari gandum) dan foul (kacang foul). Mereka juga penyuka jus buah-buahan,zabadiy (yogurt), keju, dan tomat. Porsi makan mereka cukup besar, satu ekor ayam bakar bisa dihabiskan sendirian.

Pria Mesir memiliki kesukaan mengisap syisa, yaitu semacam aroma buah-buahan dicampur air yang dihirup melalui alat penghisap yang unik. Kebiasaan menghisap syisa ini masih ada hingga sekarang bahkan dibuat tempat khusus semacam café bagi para penikmatnyaMereka juga sangat menyukai syair-syair dan musik padang pasir. Menari-nari adalah tradisi yang masih mereka pertahankan. Hampir semua orang Mesir pintar bergoyang pinggul, termasuk anak-anak.

Tradisi perkawinan juga masih dipegang kuat. Para orangtua di Mesir biasanya menetapkan mahar yang sangat tinggi bagi anak perempuannya yang akan dilamar. Ada banyak pria membujang lama karena tradisi Mesir yang menekankan bahwa seorang pria harus memiliki status, rumah dan harta dulu sebelum berani menikah. Tak heran banyak pasangan di Mesir yang sudah berumur 35-  50an tapi anak mereka masih balita.

Tradisi lainnya adalah tradisi Arab jahiliyah yang masih berlaku di Mesir sampai sekarang, yakni tradisi menangisi orang mati. Masih ada orang Mesir yang ditinggal mati sanak keluarganya mencari orang lain untuk menjadi penangis bayaran.

Begitulah gambaran Mesir saat ini. Walau teknologi dan pemikiran mereka begitu berkembang, tradisi, yang baik maupun buruk, dan juga agama, menjadi nafas kehidupan mereka sampai detik ini.

Sumber ; ummi-online.com/Rahma Bakri, Mesir

1 COMMENT

  1. Aku beberapa kali kenal pro Mesir secara online, mrka adalah pria terbaik didunia. Dan sangat beruntung jika anda menikah dengan pria Mesir. Mereka sangat menghargai dan menghormati wanita, mereka sangat romantis dan tidak pelit. Hanya saja aku mundur untuk bersuami pria mesir. Karna ukuran penis pria mrka sangat luar biasa besaaaaar dan aku tidak sanggup biarlah aku mencari suami pria lokal yg sesuai ukuran denganku

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here