TIGA TAHAP PERKEMBANGAN ISLAM DI AFRIKA BARAT

0
1114

Peradaban Islam di Afrika

JIC, JAKARTA — Ajaran dan peradaban Islam tumbuh dan berkembang di kawasan Afrika Barat secara gradual (bertahap). Margari Hill, sejarawan dari Stanford University, dalam tulisannya The Spread Islam in West Africa, menyebutkan, ada tiga tahap sejarah yang telah dilalui Islam di wilayah sub-Sahara.

Ketiga tahap sejarah itu, menurut Hill, adalah penahanan, pembauran, dan reformasi. Pada tahap pertama, raja-raja Afrika menahan atau membendung pengaruh Muslim dengan memisahkan komunitas Muslim. Pada tahap kedua, penguasa Islam Afrika mencampur Islam dengan tradisi lokal,’’ ujar Hill.

Pada tahap ketiga, lanjut Hill, Muslim Afrika ditekan untuk melakukan reformasi dalam upaya untuk menyingkirkan masyarakat mereka dengan mencampur tradisi lokal dengan Syariah.

Tahap penahanan: Ghana dan Tekur

Di awal kehadirannya, ajaran Islam hanya dianut oleh komunitas tertentu yang terhubung dengan jalur perdagangan trans-Sahara. Pada abad ke-11 M, menurut Hill, geografer Andalusia bernama Al-Idrisi mencatat, di wilayah Ghana dan Tekur terdapat sejumlah orang Arab dan imigran dari Afrika utara.

Beberapa faktor yang menghambat perkembangan Islam di Afrika Utara adalah keberadaan kerajaan non-Muslim,” ungkap Hill. Menurut dia, para saudagar dan ulama berperan besar dalam penyebaran agama Islam di kawasan Afrika Barat.

Para pedagang Muslim yang terpelajar, ungkap Hill, banyak membantu kerajaan-kerajaan non-Muslim dalam bidang administrasi kerajaan tersebut. Mereka memfasilitasi perdagangan jarak jauh dengan membuatkan aturan kontrak, kredit, dan informasi jaringan,’’ paparnya.

Dari abad ke-8 hingga 13 M, hubungan antara Muslim dan penduduk Afrika Barat mulai meningkat. Sejak saat itu, negara Muslim mulai muncul dan berkembang di Sahel. Menurut Hill, sejak itu raja-raja Afrika mulai mengizinkan Muslim untuk berintegrasi. Pada abad ke-11 M, dilaporkan sudah ada kerajaan Islam bernama Tekur di pertengahan lembah Senegal,’’ papar Hill.

Tahap percampuran:
·
Setelah Islam berkembang pesat di sub-Sahara, menurut Hill, penguasa Afrika mulai mengadopsi Islam. Meskipun, penduduk kerajaan itu memiliki kepercayaan dan budaya yang berbeda.  Banyak penguasa yang kemudian mencampur Islam dengan budaya dan ajaran lokal. Inilah fase yang disebut para ahli sebagai periode pencampuran.’’

Kekaisaran Mali (1215-1450 M) merupakan kerajaan yang mengadopsi Islam. Wilayah kekuasaannya mencapai Mali modern, Senegal, sebagian Mauritania, dan Guinea.  Menurut Hill, kekaisaran Mali merupakan negara yang terdiri atas berbagai agama dan kelompok budaya.

Kaum Muslim memiliki peranan yang penting di pengadilan sebagai pengacara dan penasihat. Sejatinya, pendiri Kerajaan Mali bernama Sunjiata Keita bukanlah seorang Muslim. Raja Mali pertama yang masuk Islam adalah Mansa Musa (1307-1332). Ia menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Pada 1324, Raja Mali sempat menunaikan haji ke Tanah Suci.”

Kabar perjalanan haji Raja Mansa Musa ke Makkah sempat tersiar hingga ke Eropa karena kekayaan dan dana yang dikeluarkan untuk perjalanan itu begitu besar. Menurut Hill, pengeluarannya selama perjalanan ke Makkah sempat mendevaluasi harga emas di Mesir selama beberapa tahun.

Tahap Reformasi pada abad ke-19:

Pada abad ke-19 M, menurut Hill, terjadi gerakan jihad di Afrika Barat. Inilah fase ketiga perkembangan Islam di sub-Sahara. Para pemikir, ulama, dan Muslim terpelajar mulai menyadari pentingnya melakukan reformasi. Umat Muslim mulai mengubah praktik keagamaan mereka yang sempat dicampurbaurkan penguasa Afrika dengan budaya dan kepercayaan lokal dengan mengadopsi nilai-nilai Islam yang sesuai syariah.

Gerakan reformasi ini melahirkan kekhalifahan Sokoto di Tanah Hausa dan negara Umarian di Senegambia.

Tanah Afrika di Masa Keemasan Peradaban Islam

mengutip catatan Ibnu Munabbah yang bertarikh  738 M dan Al-Masudi pada 947—masuk dan berkembang di wilayah Afrika Barat melalui jalur perdagangan. Setelah memeluk Islam, penguasa Tekur pertama yang menjadi Muslim benama War-Jabi mulai menerapkan syariat Islam.

Undang-undang kerajaan itu diubah sesuai dengan syariat. Tak heran kemudian Islam memberi dampak yang begitu hebat bagi penduduk negeri itu. Di era kejayaan Islam,  Kerajaan Tekur adalah wilayah yang aman, damai, dan tenang. Geografer dan penjelajah Muslim bernama Al-Idrisi pada 1511 M pernah mengunjungi wilayah itu. Tekur, ibu kota kerajaan itu, menurut Al-Idrisi, menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan.

Di era kejayaan Islam,  Kerajaan Tekur adalah wilayah yang aman, damai, dan tenang. Geografer dan penjelajah Muslim bernama Al-Idrisi pada 1511 M pernah mengunjungi wilayah itu. Tekur, ibu kota kerajaan itu, menurut Al-Idrisi, menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan.

Para pedagang dari Maroko datang ke kota itu untuk menjual wol dan pulang membawa emas dan manik-manik. Kita memiliki dokumen yang cukup tentang daerah itu (Tekur), sejak wilayah itu dikenal oleh sejarawan Arab sebagai Bilad al-Sudan (Tanah Orang-orang Hitam),” papar Rahman.

Seiring berkembangnya agama Islam, menurut para sejarawan, di wilayah sub-Sahara itu kemudian berdiri sejumlah dinasti dan kerajaan Islam. Kerajaan atau dinasti Islam yang terkenal dan memberi pengaruh yang sangat besar bagi peradaban, antara lain, Kerajaan Ghana, Mali, Songhay, dan Kanem Bornu.

Pada awal abad ke-11, Ghana mencapai puncak kemajuan dan secara ekonomi kerajaan Islam itu sangat makmur,” papar sejarawan Muslim, Al-Bakri. Selain itu, ia juga mencatat pada abad ke-13 M peradaban Islam di Mali begitu hebat. Bahkan, kata Al-Bakri, pengaruh peradaban Islam Mali di era kepemimpinan Mansa Musa sampai ke Sudan, Afrika Utara, bahkan Eropa.

Di era keemasan Islam di wilayah Afrika Barat, jalur perdagangan antarkerajaan dan wilayah terbuka. Menurut Prof Rahman, rute perdagangan yang terkenal di wilayah itu, seperti dari Sijilmasa ke Taghaza, Awdaghast, menuju ke Kekaisaran Ghana.

Selain itu, ada pula rute perjalanan dari Sijilmasa ke Tuat, Gao, dan Timbkutu. Ada pula rute lain yang menghubungkan Nigeria dengan Tripoli melalui Fez ke Bornu dan Tunisia serta Nigeria melalui Ghadames, Ghat, dan Agades ke tanah Hausa.

Rute-rute itu merupakan tempat-tempat pusat perdagangan yang terkenal. Pusat-pusat perdagangan selalu menjadi pusat pembelajaran Islam dan peradaban,’’ ujar Prof Rahman. Ide-ide dan pemikiran baru datang melalui para pedagang. Itulah mengapa peradaban Islam sempat mencapai puncak kejayaannya di Afrika Barat.

Peradaban Islam di Afrika Barat mulai surut seiring berkuasanya penjajah Barat di wilayah itu. Kini, sebagian besar negara di kawasan itu yang dulunya sempat mencapai puncak kejayaan di era Kerajaan Islam, malah mengalami kemunduran dan bahkan tertinggal.

Sumber ; republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here