YA ALLAH…. BERI AKU 1001 SAHABAT CERDAS (part 3)

0
279

JIC– Kemudian khusus untuk kalian berdua si Ann dan si Im, adalah alasan terbaik yang ku punya untuk berkunjung ke Gang Kober ini. Selepas Agustus 2014 tugas belajar selesai, aku sempat terhenyak dan berucap lirih ‘secepat itukah? Dan kalian harus pulang ke daerah masing-masing.

Saat aku tertegun, jika kalian sudah kembali ke kampung, rasanya aku tak punya tujuan lagi ke kawasan itu, mau silaturahmi ke siapa? Dan pada siapa lagi bertanya tentang Islam tanpa malu-malu? Karena, ketahuilah….. kalian adalah wadah belajar maka aku tak segan bertanya.

Sebelum menulis, aku mencari-cari bacaan dengan terburu-buru karena baru saja kubaca info lomba penulisan ini dan demi mengingat deadline penutupan lomba ini. Pada sebuah bacaan kutemukan kisah ini. Sebuah kisah yang tak kalah menariknya dengan kisah persahabatan kita, kawan; kisah baru yang menarik perhatian dan sepertinya cocok dengan situasi diriku saat ini. Kisah tentang Khalifah Harun Ar-Rasyid dan sahabatnya: Yahya bin Khalid, Ishak bin Ibrahim Al-Maushili, Abu Nawas di atas perahu penyeberangan dan menyamar sebagai orang biasa. Ketika datang orang asing dalam perahu penyeberangan mereka, Harun Ar-Rasyid merasa tidak nyaman dengan bergabungnya orang asing tersebut dalam rombongannya.

Abu Nawas mengerti kerisauan sahabatnya itu, Harun Ar-Rasyid, lalu ia yang pertama kali mengajukan diri untuk mengusir orang itu dari perahu yang mereka naiki. Dan ia berjanji akan mengeluarkan orang itu tanpa membuatnya tersinggung.

Abu Nawas pun mulai berbicara, “aku menanggung makan kalian hari ini hingga minggu depan.”

Harun Ar-Rasyid mengerti dan menyahut, “aku menanggung minum kalian hari ini hingga minggu depan.”

Yahya bin Khalid menimpali,” aku menanggung wewangian pakaian kalian hari ini hingga minggu depan.”

Dengan taktik saling menanggung ini, mereka yakin bahwa orang asing itu tidak memiliki apapun untuk ikut taruhan dalam siasat megusir ala Harun Ar-Rasyid dan kawan-kawannya, dengan demikian orang asing itu akan keluar dari perahu karena malu.

Tetapi orang asing itu hanya diam, maka bertanyalah Abu Nawas, “ anda menanggung apa untuk kita semua?”

Santai saja dia menjawab,’ aku menanggung janji bahwa aku tidak akan berpisah dengan kalian hari ini hinga minggu depan.”

Demi mendengarkan jawaban cerdas dari orang asing tersebut, Harun Ar-Rasyid pun berkata, “biarkan orang cerdas itu ikut bersama kita.”

Kawan, kalian sudah pasti berbeda dengan kisah Khalifah Harun Ar-Rasyid yang berniat mengusir orang asing dalam perahunya. Justru sebaliknya, kalian menerimaku dengan tangan terbuka dan kapanpun waktunya bahkan hanya dibatasi oleh kesibukan dan peraturan jam Kos yang ditetapkan oleh si pemiliki kos-kosan. Kalian membiarkan aku, orang bodoh Ilmu Agama ini, berada di tengah-tengah kalian yang berjibaku dengan semangat menuntut ilmu dunia dan akhirat. Sehingga kala sendiri, akulah yang berseru-seru kepada Allah SWT, “Biarkan orang bodoh ilmu agama ini ada di antara orang-orang cerdas agama itu. Dan satu lagi Ya Allah, kirimi aku 1001 orang cerdas agama sebagai pengganti mereka.”

Kepada Si Ann dan si Im, aku telah sesering mungkin datang ke tempat kos-kosan mereka dan menimba sebanyak-banyaknya ilmu pengalaman hidup dari mereka berdua. Aku betah berada di antara mereka yang dipenuhi jadwal belajar dan dihiasi semangat menggali ilmu. Dan bagi ku sungguh kesedihan itu mengaliri hatiku yang paling dalam ini, ketika hari H perpisahan harus terjadi juga.

Aku telah menepati janji bahwa aku akan hadir dalam acara wisuda mereka. Aku mencoba menjadi tamu istimewa bagi kebahagiaan mereka. Secara khusus aku membeli gaun batik baru warna hijau daun, untuk memberitahukan betapa specialnya kalian buatku dan aku ingin merayakan kebersamaan kami hingga hari-hari terakhir kalian di Depok.

Aku pun belajar ikhlas ketika akhirnya harus berpisah dengan kawan-kawanku, usai ditraktir makan siang yang tak ada dalam sangka-sangkaku, dan aku keluar dari margocity. Dalam langkahku meninggalkan pelataran mal terbesar di kotaku itu, aku bersyukur kepada Allah yang telah memberi kesempatan padaku menyaksikan kebahagiaan yang terpendar-pendar pada wajah-wajah mereka.

Sekali lagi selamat atas kelulusan sarjana strata 2 kalian, dan sampai jumpa lagi di waktu yang Allah tentukan. Kumohon, museumkan aku di hati kalian, kawan…

Ditulis oleh: Alesha Nisrina

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

20 + one =