JIC – “ Kami perempuan, hanya bisa menunggu pria yang melamar kami, Ustaz!” ucap salah seorang peserta perempuan yang mengikuti salah satu sesi pelatihan untuk mendapatkan jodoh yang diselenggarakan di Jakarta Islamic Centre (JIC). Ucapan perempuan tersebut mewakili banyaknya muslimah lajang di tanah air yang sedang menanti dilamar pria idamannya. Dari ucapan tersebut. tersirat makna bahwa sekeras, sekuat seaktif apapun usaha dan ikhtiar perempuan untuk mendapatkan jodohnya, itu semua kembali kepada para pria: berani atau tidak untuk menikah secepatnya?
Memang sejak saya dan beberapa rekan ustaz yang tergabung dalam Komunitas Ta’aruf (Facebookers Ta’aruf) menyelenggarakan program dan kegiatan perjodohan Islami di JIC sejak 2010 sampai sekarang, problemnya lebih banyak kepada prianya, sebagian besar mereka adalah para pemuda. Mereka bukan pengangguran, bukan pula abangan. Mereka yang mengikuti pelatihan perjodohan di JIC adalah para pemuda yang rata-rata berusia 24-30an tahun, sudah berkerja dan aktif di pengajian, menjadi aktivis, dan pengurus majelis taklim di kantor, di rumah. Masjid ataupun Mushala.
Mereka berani mengambil keputusan dan resiko dalam pekerjaan dan kegiatan lainnya, namun jika diminta untuk berani mengambil keputusan dan resiko menikah secepatnya, mereka berfikir seribu kali. Mereka mengikuti pelatihan perjodohan karena ingin mendapatkan wawasan saja dan perkenalan awal, dan belum siap untuk cepat menikah. Ketika terus diyakinkan untuk cepat menikah, mereka meminta waktu, dan akhirnya mundur teratur, tidak melanjuti lagi tahapan pelatihan jodohnya.
Para pemuda Islam tersebut adalah bagian dari para pemuda lainnya di Indonesia yang tidak berani menikah cepat. Jumlah mereka cukup banyak, bahkan termasuk dalam kelompok yang terancam menjomblo, melajang seumur hidup. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010 menunjukkan bahwa akan banyak lelaki di Indonesia yang seumur hidup akan melajang, tidak menikah, jumlahnya 885 ribu orang. Diperkirakan pada 2015 ini jumlahnya lebih banyak lagi. Sedangkan dari berbagai data yang ada menunjukkan Kota Jakarta adalah tempatnya lelaki belum punya pasangan.
Jika dicari alasannya, minimal ada lima alasan yang membuat mereka tidak berani cepat menikah yang dirangkum oleh Komunitas Ta’aruf, yaitu belum siap mental, masih mengejar karier, ingin mengumpulkan modal dulu karena khawatir jika cepat nikah tidak dapat memenuhi keperluan rumah tangga, perlu mengenal lebih dalam lagi dari calon istrinya, dan ingin bebas dulu.
Kita tentu miris dengan alasan-alasan tersebut, kecuali alasan mau mengenal lebih dalam lagi calon istrinya yang sesuai syari’at. Dikarenakan tidak ada satu dalil pun di dalam Al-Qur’an, hadis dan pendapat para ulama yang mendukungnya. Malah sebaliknya, dalil-dalil yang ada memerintahkan para pemuda Islam untuk secepatnya menikah.
Contohnya di salah satu hadis, Rasulullah bersabda “Wahai para pemuda, barang siapa yagn memiliki baa-ah maka menikahlah. Karena itu lebih baik akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya,” [HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim]
Imam Nawawi berkata makna baa-ah dalam hadits di atas terdapat dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna, yaitu sudah memiliki kemampuan finansial untuk menikah. Jadi bukan hanya mampu berjima (bersetubuh), tapi hendaklah punya kemampuan finansial lalu menikah.
Untuk mengatasi persoalan pemuda ini Komunitas Ta’aruf JIC mengembangkan metode Kuantum Jodoh salah satu tujuan dari metode ini untuk memunculkan keberanian merupakan persoalan mental, psikis, apda metode Kuantum Jodoh digunakan juga terapi psikis. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Ahad, (01/11) pukul 09.00 s.d 13.00 WIB di Ruang Audio Visual JIC.
Terlebih, ada pula pria melajang yang disebabkan trauma dan penyakit psikologis lainnya, seperti trauma perceraian orang tua. Namun, trauma tidak hanya membekas dari keluarga, dari perceraian orang tua misalnya tetapi bisa dari pihak lain. Pria yang banyak mendengar berita tentang pembunuhan, penculikan, termasuk perselingkuhan akan membangun pertahanan untuk melakukan hal yang sama. Karena tidak ingin selingkuh mereka tidak akan mengikat diri pada seorang perempuan.
Selain itu, ada pula sebab pria melajang karena benci anak-anak. Ada beberapa pria yang tidak suka dengan anak-anak sangat merepotkan dan menjadi penghalang untuk melakukan banyak hal. mereka yang demikian biasanya terbentur dengan aturan jika menikah harus punya anak. Namun, kunci utama dari keberhasilan metode Kuantum Jodoh ini tetap pada penggunaannya, bukan pada trainernya. Penggunaan metode ini harus tekun menerapkan metode ini jika ingin cepat menikah.[Rakhmad Z. Kiki]