JIC- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberikan sejumlah imbauan usai wabah cacar monyet (monkeypox) ditetapkan sebagai darurat kesehatan global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu meminta masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan, terutama mencuci tangan.
“Hindari kontak dengan orang yang memiliki gejala-gejala MPX (monkeypox),” ujar Maxi saat dimintai konfirmasi, Senin (25/7/2022).
Maxi meminta warga segera melapor ke petugas kesehatan apabila memiliki gejala-gejala awal cacar monyet. Di antaranya seperti panas, kelainan pada kulit, bintik-bintik merah, hingga vesikel berisi cairan atau nanah.
“Dan yang paling khas kalau ada pembengkakan kelenjar getah bening pada leher dan selangkangan,” imbuhnya.
Meski demikian, hingga saat ini, belum ada kasus cacar monyet di Indonesia. Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, wabah cacar monyet yang telah meluas lebih dari 70 negara adalah situasi luar biasa. Keadaan ini telah memenuhi syarat sebagai keadaan darurat global.
Status keadaan darurat Kesehatan global ini dirancang WHO untuk membunyikan alarm bahwa respons internasional yang terkoordinasi diperlukan untuk dapat membuka pendanaan serta upaya global untuk berkolaborasi dalam berbagi vaksin dan perawatan.
Dilansir dari Associated Press (AP), Tedros membuat keputusan menjadikan cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global di tengah kurangnya konsensus di antara para ahli yang bertugas di komite darurat badan kesehatan PBB. Ini adalah pertama kalinya kepala badan kesehatan PBB mengambil tindakan seperti itu.
Kasus Cacar Monyet Akibat Aktivitas Seks Menyimpang
Sebanyak 95 persen kasus cacar monyet ditularkan melalui aktivitas seksual, menurut salah satu penelitian terbesar hingga saat ini dikutip AFP. Studi ini diterbitkan dalam publikasi New England Journal of Medicine saat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperdebatkan apakah akan menyatakan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global.
Dipimpin oleh para ilmuwan Queen Mary University of London, penelitian ini menganalisis 528 infeksi cacar monyet yang dikonfirmasi di 16 negara antara 27 April dan 24 Juni tahun ini.
“Penting untuk ditekankan bahwa cacar monyet bukanlah penyakit menular seksual seperti yang dipahami secara tradisional karena dapat ditularkan melalui segala bentuk kontak,” kata penulis utama studi tersebut, John Thornhill.
“Namun, penelitian kami menemukan bahwa infeksi terbesar terkait dengan aktivitas seksual, terutama hubungan seks antar pria,” katanya. “Studi ini juga meningkatkan pemahaman tentang bagaimana cacar monyet menyebar dan kelompok yang diinfeksinya. Ini dapat membantu mengidentifikasi kasus baru dengan cepat dan memungkinkan kami untuk menawarkan strategi pencegahan.”
Secara keseluruhan, 98 persen pasien adalah laki-laki gay atau biseksual dengan 41 persen hidup dengan HIV, sedangkan usia rata-rata adalah 38 tahun. Median jumlah pasangan seksual pasien cacar monyet dalam tiga bulan sebelum infeksi adalah lima, sementara sepertiga mengunjungi tempat-tempat hiburan liar seperti pesta seks atau sauna. Meskipun aktivitas seksual adalah penyebab sebagian besar kasus cacar monyet, tim peneliti menekankan dalam sebuah pernyataan bahwa virus dapat menyebar melalui kontak fisik apa pun termasuk tetesan pernapasan dan berpotensi menular melalui pakaian dan permukaan lainnya. Banyak pasien menunjukkan gejala yang sebelumnya tidak terkait dengan wabah cacar monyet termasuk ruam pada alat kelamin dan luka di mulut atau anus.