JANGAN SIA-SIAKAN RAMADHAN

0
46

JIC – Bulan Ramadhan kembali datang setelah setahun pergi. Allah menciptakan waktu, termasuk Ramadhan, agar manusia mengisinya dengan amal saleh dan ingat bahwa ada jatah waktu hidup bagi setiap makhluk di dunia. Bila waktu itu tak dimanfaatkan dengan hal-hal berguna, betapa ruginya.

Betapa sayangnya bila waktu disia-siakan atau malah diisi dengan sesuatu yang tak berfaedah. Apalagi bila waktu itu disebut oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai waktu istimewa dibanding waktu-waktu lainnya karena amal saleh yang dilakukan di dalamnya bernilai besar.

Ramadhan adalah bulan istimewa. Ini bukan berarti bulan-bulan lainnya tidak. Semua waktu pada hakikatnya istimewa karena kapan pun amal saleh yang dilakukan, Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Hanya saja, Ramadhan berbeda dari yang lainnya karena di dalamnya ada kewajiban berpuasa sebulan penuh, yang tidak ada pada bulan-bulan lain.

Puasa Ramadhan adalah salah satu pilar atau rukun Islam. Keislaman seseorang belum sempurna bila tidak berpuasa Ramadhan. Hanya beberapa orang yang diberi keringanan, misalnya orang sakit, wanita hamil atau menyusui, wanita haid dan nifas, orang tua renta, anak kecil yang belum balig, dan orang yang tengah dalam safar.

Allah memberi pahala lebih banyak pada Ramadhan dibanding pahala di bulan lainnya. Sebaliknya, orang yang melakukan perbuatan jahat dan tercela atau maksiat, dosanya juga lebih banyak dibanding di luar Ramadhan. Karena itu, Nabi mendorong kita selain berpuasa di siang hari, juga beribadah di malam hari, seperti zikir, tadarus Alquran, shalat tarawih, dan witir.

Nabi SAW bersabda, “Siapa yang menghidup-hidupi malam Ramadhan (dengan ibadah) semata-mata karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang lalu.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Ibadah mahdhah di bulan Ramadhan perlu lebih ditingkatkan, terutama di sepuluh hari terakhir Ramadhan, lebih khusus lagi pada malam-malam ganjil, karena seperti dikatakan Nabi, ada Lailatul Qadar atau “Malam Qadar” yang disebutkan Allah dalam Alquran lebih baik daripada seribu bulan (QS al-Qadr [97]: 1-3).

Amal saleh sosial atau ghair mahdhah juga perlu lebih ditingkatkan. Rasulullah dikenal sebagai orang dermawan dan suka membantu orang kesusahan, bahkan sebelum diangkat menjadi utusan Allah. Di bulan Ramadhan, kedermawanan beliau lebih tinggi lagi. Digambarkan, bak angin semilir yang menyejukkan, saking ringan dan giatnya bederma (HR al-Bukhari).

Ramadhan ibarat jeda fisik dan rileks dari aktivitas duniawi yang sebelumnya laksana digenjot tanpa henti, minim istirahat. Dunia penting, tetapi lebih penting tentu saja akhirat dengan cara memaksimalkan ibadah dan amal saleh sosial. Sebelas bulan sibuk mencari, saatnya sebulan penuh sibuk memberi.

Wallahu a’lam.

Sumber : republika.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here