”Matikan Televisi Saat Sahur!”

0
179

Bulan Ramadhan saat ini merupakan proses pembakaran diri bagi umat Islam agar menjadi manusia-manusia yang bernilai tinggi. Nilai manusia bisa lebih rendah dari tanah yang diinjak-injak, namun bisa jauh lebih berharga dibanding emas-permata, tergantung sejauh manusia tersebut memproses dirinya. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah, Hamim Tohari saat mengisi khutbah Jum’at di Masjid Baitul Karim, Polonia, Jakarta Timur (5/8).

Hidayatullah.com— Bulan Ramadhan saat ini merupakan proses pembakaran diri bagi umat Islam agar menjadi manusia-manusia yang bernilai tinggi. Nilai manusia bisa lebih rendah dari tanah yang diinjak-injak, namun bisa jauh lebih berharga dibanding emas-permata, tergantung sejauh manusia tersebut memproses dirinya. Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah, Hamim Tohari saat mengisi khutbah Jum’at di Masjid Baitul Karim, Polonia, Jakarta Timur (5/8).

“Yang menjadi pertanyaan adalah, apa yang sudah kita bakar (proses) di bulan Ramadhan ini?!,” ujar Hamim melanjutkan khutbahnya.

Terkait “pembakaran” ini, khatib juga berpesan kepada para jama’ah agar mampu menahan panca indera dari berbagai nafsu, termasuk tontonan. Terutama waktu sahur, Hamim menganjurkan agar tidak merusak ibadah puasa dengan menonton acara televisi berisi komedi-komedi.

“Matikan televisi saat sahur!” pesannya tegas berulang-ulang kepada jama’ah.

Komedi-komedi tersebut dinilai Hamim tidak berguna. Menurutnya, lebih baik waktu sahur diisi dengan berzdikir serta berdo’a. Sambil makan, sambil dihayati nikmat makanan sahur yang diberikan Allah.

Sebelumnya, khatib menjelaskan bahwa ada dua jalan agar sukses memproses diri di bulan Ramadhan, yaitu shiyam dan qiyam. Shiyam yaitu menjaga mata, telinga, hidung, mulut, perut dan yang di bawah perut dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Sedangkan qiyam, terang Hamim, adalah mendirikan sholat, memanjatkan doa dan dzikir kepada Allah SWT.*

 

Rep: Muh. Abdus Syakur
Red: Panji Islam

 

Acara Ramadhan di Televisi Tak Mencerahkan

Hidayatullah.com–Ulama Sumatera Barat Prof. Syamsul Bahri Khatib menilai, tayangan waktu sahur dan berbuka, terutama acara komedi, hanya memberikan hiburan terhadap otak. Namun tidak memberikan pencerahan bagi jiwa dan mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan Allah.

“Tayangan televisi saat sahur dan berbuka lebih banyak menampilkan program komedi yang minim nilai religius dan jauh dari nilai-nilai Ramadhan,” kata Syamsul Bahri Khatib yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat di Padang, Senin (8/8).

“Hal itu juga bertentangan dengan nilai-nilai Ramadhan di mana seharusnya lebih banyak ditayangkan program yang membuat penonton semakin dekat kepada Allah, memberikan nilai-nilai yang baik, serta pencerahan bagi masyarakat dan menjadikan mereka semakin menghayati nilai-nilai Ramadhan,” kata dia yang merupakan staf pengajar Intitut Agama Islam Negri (IAIN) Imam Bonjol Padang.

Dikatakannya, fenomena yang terjadi saat ini penyelenggara televisi berusaha mengemas acara yang menarik agar banyak ditonton masyarakat.

Jika acara yang ditayangkan mendapat rating tinggi, akan menunjang keberlangsungan stasiun televisi tersebut.

“Namun jangan sampai karena mengejar rating, nilai-nilai dan pesan Ramadhan yang hendak disampaikan menjadi bias,” kata dia.

Ia berpesan kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih acara televisi saat Ramadhan. “Sebaiknya menonton acara yang memiliki nilai kebaikan dan meningkatkan ilmu dan pemahaman terhadap agama,” kata dia.*

Sumber : ant/hidayatullah
Red: Syaiful Irwan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here