MENCINTAI YESUS JADI TANDA KEISLAMAN SEORANG MUSLIM (1)

0
528

Mencintai Yesus Jadi Tanda Keislaman Seorang Muslim.                             Foto: Republika.co.id

Umat Islam meyakini Yesus sebagai Nabi Isa AS.

JIC, JAKARTA — Salah satu kesalahpahaman umum di antara banyak non-Muslim bahwa Muslim tidak percaya pada Yesus atau Nabi Isa AS. Informasi yang salah dan asumsi adalah bahan bakar yang mendorong mitos ini.

Padahal, kenyataannya umat Islam percaya kepada Yesus dan mencintainya sama seperti non-Muslim. Dilansir dari About Islam, Senin (20/12), perbedaan utama adalah terkait peran Yesus.

Penganut Kristen, tergantung pada siapa Anda bertanya, percaya dia adalah Tuhan yang bereinkarnasi atau anak Tuhan. Sedangkan Muslim menolak gagasan Tuhan memiliki anak atau merupakan bagian dari trinitas. Sebagaimana Allah SWT memberitahu dalam Alquran.

وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ ۖ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا

Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Isra:111).

Menurut Islam, Yesus adalah seorang Nabi Allah. Dia adalah seorang pria dan seorang Rasul yang datang untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat manusia.

Seorang mualaf asal Carolina Utara, Sumayyah Meehan menceritakan kisahnya ketika mempertanyakan tentang Yesus. “Saya masih ingat duduk di ruang tamu dengan ibu saya sebagai seorang anak dan membersihkan beberapa album foto lama. Saya membuka salah satunya dan gambar seorang pria yang sangat muda dengan rambut panjang dan mata biru meluncur keluar. Jadi, saya ingin tahu siapa dia dan ibu saya berkata, ‘Oh itu Yesus!,” katanya.

“Bahkan sebagai anak kecil, saya mempertanyakan bagaimana gambaran seperti itu bisa ada jika dia hidup ratusan tahun yang lalu. Saya tidak mengerti bagaimana “foto” ini bisa nyata dan saya bertanya kepada ibu saya untuk jawaban lebih lanjut.

“Dia tidak memilikinya,” tambahnya.

Sejak saat itu, pertanyaan “Mengapa Tuhan membutuhkan seorang anak laki-laki?”  tertanam kuat di benak Sumayyah. Pertanyaan itu terus dipendamnya dari waktu ke waktu. Namun, ia tidak dapat menemukan orang yang dapat menjawabnya.

Ada kebingungan mengenai peran Yesus dalam iman agamanya sebelumnya, menurut Sumayyah. Beberapa penganut agamanya sebelumnya percaya dia adalah anak Tuhan, sementara yang lain percaya bahwa dia adalah Tuhan.

“Di keluarga saya, mereka percaya keduanya yang menggandakan kebingungan bagi saya. Saya tidak mengerti kepada siapa saya harus berdoa? Apakah saya harus berdoa kepada Tuhan atau Yesus? Saya pergi dengan berdoa kepada Yesus,” katanya.

Sumber : Republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

eight − 5 =