TRAGEDI ABRAHAH AL-HABSYI

0
14

JIC – DIRIWAYATKAN dari Ibnu Ishak, “Sesungguhnya Abrahah Al-Asyram membangun sebuah gereja di Shan’a wilayah kekuasaan Yaman yang diberinya nama gereja Al-Qalis. Orang Nashrani ini ingin supaya manusia pergi haji ke tempat tersebut saja, sehingga bukan lagi ke Baitul Haram. Tetapi Allah tidak berkenan. Allah memalingkan manusia daripadanya, dan menyulutkan api perang di sana.

Beberapa ulama ahli sejarah menuturkan bahwa orang-orang Arab biasa buang air besar di tempat itu! Demi mewujudkan ambisinya tersebut, ia bermaksud menghancurkan Ka’bah. Ia membawa pasukan gajah dalam jumlah yang sangat besar. Suku Tsaqif menugasi Abu Raghal untuk menemani Abrahah sebagai penunjuk jalan ke kota Makkah. Maka berangkat Abrahah dengan ditemani Abu Raghal ke kota kelahiran Nabi tersebut. Namun ketika rombongan pasukan ini berhenti guna beristirahat, Abu Raghal keburu meninggal dunia. Orang-orang Arab kemudian melempari kuburnya. Itulah kubur yang dilempari manusia di Maghmas, seperti yang baru saja saya sampaikan pada pembicaraan sebelumnya.

Ketika Abrahah dan pasukannya sampai di Makkah, terjadilah dialog antara dia dengan Abdul Muthalib kakek Nabi Saw. Abrahah sudah dalam posisi siaga untuk menyerang dan menghancurkan Ka’bah.

Pasukan gajah tiba-tiba berhenti di tempatnya tanpa sanggup bergerak. Lalu Allah menurunkan kepada Abrahah, seperti yang dituturkan oleh Ibnu Ishak berikut ini,

“Allah mengutus sekawanan burung dari laut yang buas dan bercakar runcing. Setiap ekor burung membawa tiga buah batu; satu digigit di paruhnya dan yang dua dijepit di sepasang kakinya. Siapa pun di antara pasukan Abrahah yang terkena batu itu pasti langsung mati. Tidak semua mereka terkena batu. Tetapi ada yang lolos karena lari tunggang langgang ke luar kota Makkah. Mayat berjatuhan di tiap-tiap jalan, dan mayat mereka bergelimpangan di mana-mana. Abrahah sendiri juga tidak luput terkena serangan hujan batu yang dijatuhkan oleh kawanan burung tersebut. Akibatnya ia jatuh tersungkur dan tak kuasa bangkit. Tubuhnya yang terluka parah digotong oleh pasukannya. Mereka membawanya ke kota Shan’a dengan darah yang terus mengalir dan berceceran di tiap jalan yang mereka lalui. Ia akhirnya meninggal dunia dengan keadaan yang sangat mengerikan.”

Mengenai nasib panglima dan komandan pasukan gajah tersebut diceritakan oleh Ibnu Ishak dari Aisyah, “Aku melihat panglima dan komandan pasukan gajah tersebut dalam keadaan buta. Mereka tak berkutik dan merengek-rengek minta diberi makan.”

Mengenai kawanan burung yang diutus oleh Allah untuk menyerang Abrahah dan pasukannya, Ibnu Abbas mengatakan, “Kawanan burung itu memiliki belalai seperti layaknya burung-burung biasa, dan memiliki telapak tangan seperti anjing.”

Ustadz Sayid Quthb mengatakan, “Adalah bukti kekuasaan Allah, binatang besar berkaki empat seperti gajah ternyata bisa ditaklukkan oleh binatang kecil seperti burung yang hampir tidak bisa dilihat dengan mata saat terbang di udara. Bagi orang yang berakal tentu ini sangat menakjubkan.”

Ulasan Makna-makna Ayat tentang Kisah Tersebut

Allah SWT berfirman, “Apakah kamu tidak memperhatikan.” Kata Al-Farra, maksudnya ialah, apakah kamu tidak tahu. Kata Al-Zujjaj, maksudnya ialah, apakah kamu tidak tahu. Firman tersebut ditujukan kepada Rasulullah Saw.

“Bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?”, yaitu tentara dari Habasyah yang bermaksud hendak menghancurkan Ka’bah. Dengan kata lain Allah berfirman, “Hai Muhammad! Kamu dan orang-orang yang hidup pada zamanmu serta generasi berikutnya, tentu sudah mengetahui kabar pasti yang kalian dengar tentang kisah pasukan gajah, dan tindakan Allah terhadap mereka. Kenapa kalian tidak percaya?”

“Bukankah mereka telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia?”, atau, bukankah Allah menjadikan makar serta usaha mereka untuk menghancurkan Ka’bah itu gagal total? Soalnya Allah menyesatkan dari apa yang hendak mereka tuju, sehingga mereka tidak sanggup mencapai Ka’bah dan memenuhi keinginan mereka.

“Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong.” Yang dimaksud dengan berbondong-bondong ialah berkelompok-kelompok di sana sini. Kata Sa’id bin Jubair, “Burung itu berasal dari langit, dan sebelumnya tidak ada orang yang pernah melihatnya.” Kata Qatadah, “Burung itu berwarna hitam yang darang dari laut secara berbondong-bondong. Masing-masing membawa tiga buah batu; dua batu digenggam di sepasang kakinya, dan yang satu lagi digigit dengan paruhnya. Benda apa pun yang terkena batu itu pasti hancur lebur seketika.”

Ada yang mengatakan, burung itu dari laut berwarna hijau dan memiliki kepala seperti srigala. Bahkan ada yang mengatakan burung ini punya belalai seperti belalai burung-burung biasa dan punya telapak tangan seperti anjing.

“Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar.” Kata Az-Zujaj, “Menurut para ulama ahli tafsir, baru yang dilemparkan itu berasal dari tanah yang dibakar dengan api neraka Jahannam, dan masing-masing sudah ada nama-nama kaum kafir tersebut.”

Kata Abdurrahman bin Abzi, “Batu itu adalah batu yang pernah diturunkan kepada kaum Luth.”

Kata Ikrimah, “Burung-burung itu melempari mereka dengan batu yang dibawanya. Setiap kali ada salah seorang mereka yang terkena batu itu, langsung keluar bisul-bisul yang sangat mengerikan dan bukan main sakitnya. Batu itu kira-kira sebesar adas.”

Ada yang mengatakan, setiap kali batu itu mengenai kepala salah seorang pasukan bergajah, daging dan darahnya langsung hilang sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang belaka tanpa daging, tanpa darah, dan tanpa kulit sama sekali.

“Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” Dengan kata lain, Allah menjadi pasukan bergajah itu seperti daun-daun tanaman yang dimakan ulat sehingga rapuh dan hancur dari bagian bawah. Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan “seperti daun-daun yang dimakan ulat”, adalah seperti buah tin.

Semoga Allah merahmati Imam Hasan Al-Bashri ketika ia mengatakan, “Sekalipun mereka naik seekor bighal yang kencang larinya atau ditarik oleh kuda tarik, tetapi kehinaan maksiat tidak bisa lepas dari hati mereka. Allah pasti akan menghinakan orang yang berani durhaka kepada-Nya.” []

Sumber: Media Islam

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here