MENGENAL NFT YANG BIKIN GHOZALI KAYA MENDADAKDADAK

0
96

Non-Fungible Token (NFT) menjadi perhatian publik setelah Ghozali berhasil meraup cuan miliaran rupiah dari menjual foto selfie. Ilustrasi. (iStockphoto/Vertigo3d).
Jakarta, JIC — Siapa yang kenal Sultan Gustaf AL Ghozali alias Ghozali Everyday? Pria berumur 22 tahun itu viral setelah ‘kaya mendadak’ dari penjualan swafoto (selfie) lewat non-fungible token (NFT).
Selfie bertajuk Ghozali Everyday dijual di platform marketplace OpenSea. Total cuan yang ia kantongi mencapai Rp1,5 miliar sejauh ini.

OpenSea adalah sebuah platform yang menyediakan ruang bagi penjual, pembeli, dan kreator aset digital untuk bertransaksi dengan mata uang kripto ethereum (ETH).

Awalnya, ia menjual foto selfie sebesar US$3 atau Rp42.600 (asumsi kurs Rp14.200 per dolar AS). Namun, harga selfie Ghozali terus meningkat seiring dengan popularitas yang kian menanjak.

Tak tanggung-tanggung, foto selfie milik Ghozali ‘laris manis’ dari harga 3 ETH atau sekitar Rp14 juta sampai 11 ETH atau Rp47 miliar.

Lantas, apa sebenarnya NFT dan apakah NFT tergolong investasi?

Pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Bitocto Milken Jonathan menjelaskan NFT adalah sebuah konten digital yang terhubung dengan sistem blockchain. Konten digital yang dimaksud, seperti foto, sertifikat, dan musik.

“Pada umumnya NFT mengubah sebuah konten digital seperti art, audio file, sertifikat digital, dan foto menjadi one of a kind aset digital yang bisa terverifikasi melalui blockchain,” papar Milken kepada CNNIndonesia.com, Senin (17/1).

Lalu, sejumlah pihak mulai menggunakan NFT sebagai investasi dari aspek seni dan barang koleksi dalam bentuk digital. Sebagai contoh, seseorang membeli dan mengoleksi lukisan atau kartu pokemon.

Pembeli percaya bahwa NFT yang dibeli akan diminati dalam waktu yang akan datang dan berpotensi membuat harga jual lebih tinggi. Dengan demikian, pembeli akan mendapatkan keuntungan.

Meski begitu, masyarakat juga harus hati-hati. Jangan sampai karena NFT sedang heboh, masyarakat asal membeli NFT karena mengharap untung besar.

Pasalnya, NFT tak bisa disebut sebagai aset likuid. Hal ini berarti tak semua barang berbentuk NFT yang dibeli pasti laku ketika dijual kembali.

“Saat ini belum (likuid). Masih jauh lebih likuid perdagangan aset kripto pada umumnya,” ucap Milken.

Di sisi lain, jika produk berbentuk NFT laris, maka akan memberikan keuntungan bagi pembeli dan penjual. Pembeli akan menikmati cuan ketika ada peminat yang bersedia membeli dengan harga lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Dari sisi penjual, mereka juga akan diuntungkan karena produknya laris lewat NFT. Namun, kata Milken, pemasaran produk lewat NFT harus lebih gencar agar potensi penjualan meningkat.

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here