TRADISI PRA DAN PASCA-ISLAM: MEMULIAKAN BULAN-BULAN HARAM (2)

0
387

JIC,— Selanjutnya kondusifitas waktu ini juga diteruskan oleh bangsa Arab secara umum, bukan hanya dari kalangan Badui. (Jawad Ali, Al-Mufasshal fi Tarîkhil ‘Arab Qablal Islâm, [Maktabah Syamilah Online], juz 16, h. 105) Tradisi penghormatan tersebut masih tetap eksis dalam ajaran Islam sampai hari ini.

Jika pada masa jahiliah bentuk penghormatannya dengan larangan perang dan perbuatan keji, maka pada masa Islam dengan berbagai keistimewaan yang dijanjikan pada bulan tersebut. Seperti pelipatgandaan pahala amal shaleh, anjuran berpuasa, penekanan untuk menghindari dosa, dan banyak lainnya.

Allah swt dalam Al-Qur’an berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ وَقَٰتِلُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ كَآفَّةٗ كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ كَآفَّةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ  

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]: 36)

Berkaitan ayat di atas, Imam Fakhruddin ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatihul Ghaib menjelaskan, para ulama sepakat bahwa Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijah, dan Muharam merupakan bulan-bulan yang dimuliakan dalam Islam.

Maksud kata al-ḫurum pada ayat tersebut adalah perbuatan maksiat pada bulan-bulan tersebut akan mendapat balasan siksa lebib berat di banding bulan lain. Demikian pula perbuatan baik akan mendapat pahala lebih besar. (Fakhruddin ar-Razi, Mafatihul Ghaib, juz XVI, h. 52)

Selain disinggung dalam nash Al-Qur’an, penegasan ini juga disebutkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabda,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ  وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى  وَشَعْبَانَ

Artinya: “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati: 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

 

Dalam tradisi Islam, mengistimewakan amal shaleh berdasarkan waktu dan tempat tertentu memang banyak ditemui. Seperti mengistimewakan kota suci Makkah dibanding kota atau negara lainnya, hari Jumat dibanding hari-hari pada umumnya, hari ‘Arafah dibanding hari yang lain, bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lain, malam lailatul qadar dibanding malam-malam lain, dan sebagainya. (Fakhruddin ar-Razi, juz XVI, h. 52)

 

Keistimewaan empat bulan itu banyak dijelaskan banyak hadits Nabi. Bahkan tidak sedikit ulama yang menulis kitab dengan pembahasan secara khusus tentang keutamaan-keutamaannya. Seperti Ibnu Hajar al-Atsqalani menulis kitab berjudul Tabyînul ‘Ajab bi Mâ Warada fî Fadhli Rajab yang menghimpun hadits-hadits seputar amalan pada bulan Rajab dan keutamaannya. Muhamad Abror, alumnus Pondok Pesantren KHAS Kempek-Cirebon dan Ma’had Aly Sa’idusshiddiqiyah Jakarta TAGS: sirah nabawiyah Nabi Muhammad Rasulullah

Sumber: nu.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

11 − 4 =