MENJAWAB PENGHINAAN PARTAI BJP INDIA TERHADAP RASULULLAH

0
237

JIC- Jubir partai politik BJP di India melakukan penghinaan terhadap sosok Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, sebagai Muslim wajib bagi kita untuk membantah penghinaan tersebut dengan seksama. Selama ini banyak dari kalangan Muslim maupun non Muslim seringkali salah kaprah dalam memahami peristiwa poligami Rasulullah SAW dan peristiwa pernikahan Ibunda Aisyah RA selagi masih kanak–kanak. Bagi pihak penghina, kedua peristiwa tersebut dimaknai sebagai motif pelampiasan nafsu seksual atau penyimpangan dalam diri Rasulullah SAW. sebutlah misalnya tuduhan Hyperseks, Paedhophile, Penyimpangan Seksual dan istilah–istilah penghinaan lain yang tidak layak bagi predikat seorang nabi dan utusan Allah SWT.

Sebaliknya dari kalangan kebanyakan Muslim, peristiwa pernikahan Ibunda Aisyah RA, seringkali mencari kesimpulan–kesimpulan yang berdasarkan dalil – dalil yang kurang kuat untuk membela bahwa Ibunda Aisyah RA. sebenarnya menikah pada umur 16 tahun atau malah 19 tahun. Padahal dari hadits-hadits yang paling kuat justru menyatakan Ibunda Aisyah RA dinikahi umur 6 tahun dan tinggal serumah dengan Rasulullah pada umur 9 tahun sebagaimana pengakuan Ibunda Aisyah RA R.a. : “Saya dinikahi oleh Nabi saw. ketika saya gadis berusia enam tahun, dan baginda membawa saya, ketika saya berusia sembilan tahun.” (HR. Muttaffaq ‘Alaihi).

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Rasulullah melakukan poligami atas motif seksual atau apakah Rasulullah menikahi Ibunda Aisyah RA pada umur 6 tahun karena penyimpangan seksual. Untuk menjawab pertanyaan nomor satu dan dua kita harus melihatnya dari dimensi ilahiah, maksudnya semua peristiwa yang dilakukan Rasulullah SAW. sudah pasti atas instruksi Allah SWT, karena kalau tidak, Rasulullah tidak mungkin akan melakukannya. Dalam hal pernikahan dengan Ibunda Aisyah RA. Rasulullah sebelumnya diberi pertanda melalui mimpi untuk menikahi Ibunda Aisyah RA. Begitu juga peristiwa poligami yang dilakukan Rasulullah juga atas kehendak Allah SWT. demi kepentingan meluasnya dakwah Islam di jazirah Arab saat itu.

Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah Tuhan macam apa yang menyuruh utusannya melakukan hal–hal yang dianggap kebanyakan orang tidak logis/tidak lumrah/diluar dari norma-norma kemanusiaan saat ini. Sebenarnya masalah tidak logis/tidak lumrah/ diluar dari norma–norma kemanusiaan terdapat pembahasan tersendiri karena masalah ini masuk wilayah filsafat dimana yang disebut tidak lumrah dan tidak logis bisa berbeda–beda pada setiap zaman dan keadaan. Kita akan focus membahas tentang Tuhan yang menyuruh Nabi Muhammad SAW. melakukan hal tersebut yang dianggap tidak logis oleh sebagian manusia penghina seperti jubir BJP di India tersebut. padahal adakalanya peristiwa yang berkaitan dengan perintah Tuhan masuk dalam wilayah tidak logis dan tidak lumrah umpamanya beberapa point dibawah ini :

  1. Tuhan memerintahkan Ibrahim (dalam agama Kristen disebut Abraham) untuk menyembelih Ismail (dalam keyakinan agama Kristen yang disembelih adalah nabi Ishak) pada saat mereka berumur muda dan Ibrahim sedang sayang–sayangnya dengan mereka. APAKAH INI LOGIS ATAU LUMRAH ?
  2. Tuhan menyuruh nabi Musa untuk membela lautan ketika dikejar Fir’aun. APAKAH INI LOGIS ATAU LUMRAH ?
  3. Tuhan memberi mukjizat kepada nabi Isa (dalam Kristen disebut Yesus) bisa membangkitkan orang mati kembali. APAKAH INI LOGIS ATAU LUMRAH ?
  4. Tuhan menyelamatkan nabi Ibrahim ketika dia dibakar hidup – hidup oleh Raja Namrudz. APAKAH INI LOGIS ATAU LUMRAH ?
  5. Kemudian kita bertanya kembali dalam konteks ini : Tuhan menyuruh Rasulullah menikahi Ibunda Aisyah RA pada umur 6 tahun. APAKAH INI LOGIS ATAU LUMRAH ?

Sekali lagi, masalah logis atau tidak logis, dan lumrah atau tidak lumrah tergantung mau menggunakan patokan/standar yang mana, dan setiap standar bisa punya persepsi yang berbeda dalam melihat sebuah peristiwa. Dalam hal ini saya, menggunakan standar dimensi Ke-Tuhan-an, oleh sebab itu yang saya ingin yakinkan kepada pembaca, bahwa standar yang saya gunakan adalah bahwa hanya Tuhan yang benar yang menyuruh Rasululullah SAW melakukan hal–hal yang dianggap tidak logis, tidak lumrah/penyimpangan dan lain-lain.

Kita kembali pada tujuan akhir kita, apakah yang menyuruh Rasulullah SAW melakukan itu benar–benar Tuhan, kalau para penghina tadi meyakini ini, permasalahan pernikahan Ibunda Aisyah RA dan poligami Rasulullah tidak menjadi masalah karena itu datang dari perintah Tuhan. Untuk menjawab apakah Tuhan nya Rasulullah SAW. yaitu Allah SWT. benar–benar Tuhan, maka kita masuk ke wilayah perdebatan eksistensi Tuhan. Banyak sekali zat atau orang yang mengakui Tuhan tanpa ada pengujian terlebih dahulu, seperti Allah, Yesus, Ahura Mazda, Dewa Ra, Fir’aun, Sang Hyang Widhi/Brahma, dan lain-lain.

Dari nama–nama yang kita inventaris sebagai Tuhan, maka Tuhan mana yang layak sebagai Tuhan sebenarnya. Karena kalau salah memilih Tuhan yang benar maka bisa fatal akibatnya. Untuk mengetahui yang layak dan benar menjadi Tuhan. Kita diberi akal pikiran dan hati nurani untuk mempertimbangkan sesuatu hal. Kalau menurut akal pikiran saya (mungkin anda juga) yang namanya Tuhan harus mempunyai standar sebagai berikut (terlepas dari saya seorang Muslim–saya hanya menggunakan akal dan hati nurani sehat saja) yaitu :

  1. Tuhan tersebut harus mengaku sebagai Tuhan (Kalau Dia tidak mengaku, kenapa kita harus menobatkan Dia sebagai Tuhan)
  2. Tuhan tersebut harus sempurna (Tidak boleh ada kelemahan seperti tidak boleh lupa, tidak tidur, tidak capek dll.)
  3. Tuhan tersebut harus bisa menjelaskan tentang ciptaannya (karena Tuhan yang lebih tahu tentang ciptaannya)
  4. Zat Tuhan itu harus absolut bukan relatif (Sehingga tidak sama hakekat/substansi, bentuk, jenis dan lain-lainnya dengan yang Relatif)
  5. Tuhan bisa melakukan segala sesuatu jika dia berkehendak.
  6. Tuhan itu harus tunggal / satu (Karena kalau berbilang, bisa terjadi peperangan diantara Tuhan dan pasti jagad raya ini menjadi hancur. Contohnya : Satu negara yang punya dua presiden bisa terjadi peperangan setiap hari, seperti di sebagian besar negara-negara Afrika).

Dari enam point diatas, kita bisa menambahkan lagi sebanyak mungkin kriteria yang kita mau berdasarkan akal sehat dan hati nurani kita (lepaskan dulu sementara keyakinan agama anda sehingga tidak dianggap bias). Tuhan harus lolos dari semua standar yang kita terapkan secara akal sehat kita, karena kalau salah satu standar saja tidak lolos maka Tuhan tersebut pasti bukan Tuhan.
Untuk menyocokkan standar akal kita dengan Tuhan yang kita cari, maka kita harus langsung berhubungan dengan Tuhan, bagi yang yakin Tuhan ada diantara manusia, bisa tanyakan kepada manusia yang mengaku sebagai Tuhan tersebut, tapi bagi yang yakin Tuhan tidak bisa berbicara langsung secara fisik kepada kita, kita bisa menggunakan Kitab Suci yang diklaim didalamnya terdapat wahyu Tuhan/perkataan Tuhan. Ada beberapa kitab suci yang diklaim sebagai wahyu Tuhan seperti Al-Qur’an, Injil, Bhagavad Gita, Wedha, Taurat, Tripitaka dll. Terserah anda mencari dan menambahkan kitab suci yang diklaim sebagai wahyu Tuhan, setelah kita membuka semua kitab suci diatas, kita cari pernyataan–pernyataan atau pengakuan–pengakuan Tuhan sendiri tentang dia didalam Kitab Suci tersebut. Setelah anda ketemu pernyataan–pernyataan Tuhan sendiri tentang sifat-sifatnya/karakternya, kemudian cocokkan dengan standar akal sehat yang anda buat tadi tentang bagaimana seharusnya sifat/karakter Tuhan.

Saya sudah melakukan hal tersebut, dan dari semua pernyataan tentang Tuhan yang semuanya masuk standar Tuhan versi saya, hanya Allah SWT yaitu Tuhan yang disembah umat Islam dan yang mengutus seluruh nabi dari nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa hingga Nabi Muhammad SAW untuk menjadi utusannnya (termasuk nabi–nabi lain). Kaitannya dengan Yesus, Yesus tidak pernah sekali pun mengaku Tuhan (maksudnya kalimat jelas : AKULAH TUHAN SEMBAHLAH AKU  berbeda didalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat yang menyatakan Allah SWT. adalah Tuhan contohnya adalah surah Thaha ayat 14 secara tegas Allah SWT. mendeklarasikan sebagai Tuhan yaitu “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah SWT., tidak ada Tuhan (yang benar) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah Shalat untuk mengingat Aku”). Belum lagi sifat–sifat Allah yang benar – benar Maha Sempurna seperti tidak tidur, tidak lelah, tidak lupa, dan sifat–sifat kesempurnaan lainnya.

Intinya kalau anda melakukan penelitian dengan sungguh–sungguh pasti anda akan menemukan Tuhan yang benar dan berhak disembah. Kalau anda sudah yakin bahwa Tuhan manusia yang benar adalah Allah SWT. Maka konsekuensinya adalah, semua yang datang dari Allah  SWT pasti benar adanya. Oleh sebab itu, perintah apapun yang Allah SWT berikan tidak boleh lagi ditentang dan dipertanyakan secara akal (logis atau tidak logis) karena kita sudah menemukan sumber kebenaran sejati yaitu Allah SWT. Karena kita mengakui Allah SWT sebagai sumber kebenaran tunggal maka akal harus tunduk pada kehendak sumber kebenaran tersebut. Jika akal harus tunduk pada sumber kebenaran tersebut, maka tidak ada lagi pertanyaan apakah perintah Tuhan (Allah SWT) itu logis atau tidak logis. Karena logika sudah harus tunduk tanpa reserve kepada kehendak Tuhan Allah SWT.

Kesimpulannya, peristiwa Rasulullah SAW melakukan poligami dan pernikahan dini Ibunda Aisyah RA yang dianggap sebagai penyimpangan, tidak logis, tidak lumrah dan macam–macam penghinaan lainnya adalah akibat dari persepsi yang salah dalam melihat motif  Rasulullah SAW. dalam melakukan hal tersebut. Karena tidak percayanya mereka kepaada Allah SWT sebagai Tuhan yang bersumber segala perintah kebenaran darinya. Selama Non-Muslim tidak yakin bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang benar maka selama itu pula mereka akan melihat apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah motif pribadi Rasulullah SAW. sehingga dituduh sebagai selalu mereka hinakan, padahal segala perkataan dan perbuatan Rasulullah SAW selalu diarahkan sesuai petunjuk Allah SWT Tuhan yang benar.

Andaikan para penghina Rasulullah SAW mau saja sedikit meluangkan waktunya untuk berpikir, merenung dan meneliti maka mereka akan temukan bahwa hanya Allah SWT Tuhan yang berhak disembah sehingga apapun yang dilakukan Rasulullah SAW bukan berdasarkan motif pribadi tetapi atas kehendak Allah SWT. Intinya kalau Allah SWT tidak memerintahkan menikahi Ibunda Aisyah RA, Rasulullah SAW tidak mungkin melakukan itu, apalagi karena pernikahan tersebut ada yang menuduh Rasulullah sebagai Paedhophile (Nauzubillah). Padahal ciri-ciri Paedhophile dengan Rasulullah SAW sangat lah berbeda jauh seperti langit dan bumi. Yang dilihat oleh kaum Non-Muslim hanya berdasarkan umur pernikahan saja (6 Tahun). Padahal untuk menentukan seseorang Paedhophile atau tidak, terdapat kriteria–kriteria psikologis tertentu yang sangat kompleks. Untuk bahasan ini memerlukan tulisan lainnya. Semoga para penghina Rasulullah SAW. diberi hidayah untuk menghentikannya dan mau bertobat. Jika mereka terus melakukan penghinaan tersebut, pasti Allah SWT akan mengazab mereka dengan pedih baik di dunia maupun akhirat. Wallahua’alam Bishawwab.

Ditulis oleh Dr. Ustadz Taufik Hidayat (Ka Subdiv Konsultasi dan Pelayanan Umat Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here