MUALAF KOH ASEN, TERGUGAH BUKU SEPUTAR ALAM GAIB (1)

0
520

Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap dari buku kecil seputar alam gaib.                            Koh Asen.                                                                                                                            Foto: Dok Istimewa

Mualaf Koh Asen belajar Islam secara bertahap

JIC, —Saat masih berusia anak-anak, pemilik nama lengkap Achmad Sugiarto, sudah memiliki kepekaan terhadap dunia sekitarnya. Ia meyakini, alam semesta pasti diciptakan oleh Tuhan.

Dan, untuk menyembah kepada-Nya seseorang perlu mengikuti agama. Waktu itu, ia mengira bahwa Tuhan haruslah zat yang empiris. Dalam arti, Tuhan harus bisa dilihat oleh mata manusia.

Seperti umumnya anak-anak, Koh Asen, begitu akrab disapa pun memilik banyak teman. Mereka berasal dari macam-macam kalangan. Tidak sedikit pula yang beragama Islam.

Bahkan, Asen kecil mendapatkan pendidikan di sebuah sekolah Islam. Bila dibandingkan dengan kawan-kawan sebaya, dirinya terlambat mendaftar sekolah. Ia mulai belajar di lembaga tersebut saat usianya 11 tahun. Bagaimanapun, ketertinggalan itu tidak begitu dirisaukannya.

Yang penting, terus belajar dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, ia pun selalu berusaha menjadi pribadi yang ramah sehingga punya banyak kawan. Dalam berteman, Asen tidak pernah membeda-bedakan agama atau kesukuan.

“Orang tua saya (beragama) Konghucu. Saya dan kakak-kakak saya diajarkan agama Buddha di sekolah. Dan, setiap akhir pekan saya sering diajak beberapa teman saya ke gereja, ujar lelaki yang kini berusia 59 tahun itu,” seperti dinukil Republika dari saluran Youtube milik pengurus Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Firdaus Sanusi, baru-baru ini.

Asen kecil tertarik pada pengetahuan akan agama-agama. Waktu itu, ia sudah banyak membaca tentang ajaran di luar kepercayaan yang dipeluk kedua orang tuanya.

Namun, Islam belum begitu menarik perhatiannya. Pasalnya, Islam tidak seperti agama-agama lain. Islam mengajarkan, Tuhan adalah Allah. Dalam beribadah, seorang Muslim tidak menghadap pada patung atau benda-berwujud-manusia apa pun.

Selain itu, tempat ibadah kaum Muslimin tidak pernah dihiasi gambar-gambar manusia. Bagi Asen saat itu, Islam adalah agama yang aneh. Dalam arti, berbeda dengan kebanyakan agama lain. Ketika seorang Muslim beribadah, tidak ada wujud empiris Tuhan yang disembahnya itu.

Buku Islam

Di sekolah, Asen tidak bisa menghindar dari simbol-simbol keislaman. Sebab, lembaga tempatnya menuntut ilmu itu memang tampil sebagai sebuah sekolah Islam.

Di dinding bangunan sekolah, kerap ada guratan kaligrafi Arab. Karena penasaran, Asen pun mencoba-coba belajar membaca huruf Arab.

Ternyata, ia mahir juga menuliskan kalimat sederhana dalam bahasa Arab, semisal basmalah. Lama kelamaan, anak ini pun tertarik untuk sesekali mengikuti pelajaran agama Islam di sekolah.

Hingga berusia remaja, ia masih suka membaca-baca tentang keragaman agama. Sampai pada suatu hari, sebuah peristiwa memantik semangatnya untuk mengenal Islam dengan lebih dekat. Waktu itu, usianya sudah genap 17 tahun. Asen muda ingin menonton di bioskop.

Sebelum film diputar, ia menyempatkan diri berjalan-jalan ke bazaar di sekitar gedung. Tak jauh dari sana, ada sebuah toko buku kaki lima. Berbagai buku murah tersaji.

Asen melihat sebuah buku teka-teki silang (TTS) di sana. Ia pun ingin membelinya. Namun, tepat di sebelah buku kecil itu terdapat sebuah buku lagi yang memuat tema keislaman. Sebuah frasa di judulnya menampilkan kata-kata, alam gaib.

Karena penasaran, Asen sempat mengambil dan membaca sekilas buku tersebut. Ternyata, isinya kira-kira menggambarkan ajaran Islam mengenai dunia yang tidak kelihatan itu. Sebagai contoh, dalam buku itu dijelaskan bahwa malaikat dan jin adalah beberapa contoh makhluk gaib. Bahkan, meyakini adanya malaikat itu merupakan salah satu rukun iman.

“Saya buka sembarang halaman dan langsung menemukan ayat Alquran,” katanya mengenang. Lantaran asyik membaca, Asen nyaris ketinggalan film yang hendak ditontonnya. Ia pun cepat-cepat menaruh kembali buku alam gaib ini. Tanpa banyak berkata, ia menyodorkan uang kepada penjual untuk membeli buku TTS.

Setelah usai menonton film, Asen terkejut. Rupanya, yang tadi dimasukkannya ke dalam tas bukanlah TTS, melainkan buku alam gaib. Sesampainya di rumah, buku tersebut sempat ditaruhnya di gudang. Namun, beberapa hari kemudian diambilnya lagi karena masih merasa penasaran akan isinya.

Awalnya acuh tak acuh. Namun, sejak saat itu, Asen mulai memendam keinginan untuk mempelajari Islam. Ia pun membeli lagi beberapa buku terkait agama ini. Salah satu buku dibukanya secara acak. Matanya kemudian tertuju pada teks dan terjemahan Alquran surah Ali Imran ayat 19.

Sumber : Republika.co.id

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

eleven + 20 =