Dalam hadits yang terdapat di kitab shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. Menyatakan bahwa di bulan Ramadhan para setan dibelenggu atau dirantai (sulsilat). Tetapi, mengapa banyak kejahatan juga terjadi di bulan suci ini? Perampokan, pencurian, bahkan pelacuran merajalela. Setan-setan mana lagi yang masih bisa keluar bebas dari belenggu dan menggoda manusia untuk melakukan kejahatan? ternyata mereka bukan setan sembarang setan. Mereka adalah setan dari kalangan manusia, dari jenis kita sendiri.
Dalam hadits yang terdapat di kitab shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. Menyatakan bahwa di bulan Ramadhan para setan dibelenggu atau dirantai (sulsilat). Tetapi, mengapa banyak kejahatan juga terjadi di bulan suci ini? Perampokan, pencurian, bahkan pelacuran merajalela. Setan-setan mana lagi yang masih bisa keluar bebas dari belenggu dan menggoda manusia untuk melakukan kejahatan? ternyata mereka bukan setan sembarang setan. Mereka adalah setan dari kalangan manusia, dari jenis kita sendiri.
Setan-setan dari kalangan manusia ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu, setua umur umat manusia, bahkan menjadi musuh para nabi sebagaimana yang dijelaskan di Q.S. Al-An`am 112: “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yg lain perkataan-perkataan yg indah-indah utk menipu.” Begitu pula Imam Ahmad meriwayatkan hadits shahih dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Meskipun setan dari kalangan jin bisa berubah wujud menjadi manusia, seperti setan yang mendatangi kaum musyrikin dlm bentuk Suraqah bin Malik ketika mereka hendak pergi menuju Badar, namun di bulan Ramadhan mereka terbelenggu dan tidak dapat melakukan aksinya, seperti berubah wujud menjadi manusia . Jadi, manusia-manusia yang menebar kejahatan dan kemaksiatan di muka bumi ini selama bulan Ramadhan, sejatinya hanya dicetuskan dan dilakukan oleh setan-setan dari kalangan manusia. Lalu, bagaimana manusia setan ini muncul?
Dari beberapa hadits disebutkan bahwa mereka terlahir dari hubungan suami istri tanpa berlindung dengan Allah. Iblis berucap,” Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan”.
Al-Hakim, At-Tirmizi, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata, “Apabila seseorang menyetubuhi istrinya dengan tidak menyebut nama Allah, jin akan menyelinap dalam saluran kencingnya dan ikut serta dalam bersetubuh.”
Di dalam kitab Tahrim al-Fawahisy, Ath Thurthusyi diceritakan dalam bab Min Ayyi Syai’in Yakunu al-Mukhannats, katanya, Ibn Abbas berkata, “Al-mukhannats (laki-laki yang seperti perempuan/banci) adalah anak-anak jin.” Lalu ia ditanya kembali, “Bagaimana itu bisa tejadi?” Ibnu Abbas menjawab, “Allah dan Rasul-Nya telah melarang seseorang menyetubuhi istrinya pada waktu haid. Jika ia menyetubuhi istrinya pada kondisi demikian, setan mendahuluinya, dan setelah istrinya hamil, ia akan melahirkan seorang mukhannats (banci).”
Setelah dewasa, bersama manusia lainnya yang terhasud oleh godaan setan, mereka menjadi manusia yang tidak ikhlas. Segala aktivitasnya ditujukan bukan untuk mendapatkan keridhaan Allah, tetapi untuk mendapatkan dunia dan untuk mendapatkan pujian. Masih dari hadits yang diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal tersebut, ketika Rasulullah saw bersabda,“Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.” Iblis segera menimpali, “Tidak,tidak. Tidak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”
Rasulullah saw menimpali “Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”
Iblis menjawab, “Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.” Iblis berkata lagi,” “Mereka, anak-anakku, selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa. Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”
Manusia-manusia yang tidak ikhlas ini, karena begitu cintanya terhadap dunia, ketika cara halal tidak dapat memuaskan keinginan mereka, maka cara haram pun akhirnya ditempuh. Segala jenis profesi jahat mereka lakoni. Maka, jika kita memilih untuk menjadi manusia sebenarnya, bukan manusia setan, maka ikhlaskanlah seluruh amal ibadah yang kita kerjakan, terutama di bulan Ramadhan ini, terutama dengan membersihkan harta kita dari kekotoran dengan ikhlas mengeluarkan zakat , infak dan shadaqah untuk memutus rasa cinta terhadap dunia yang terikat dengan hati, salurkan melalui lembaga-lembaga ZISWAF yang terpercaya, seperti melalui Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Jakarta Islamic Centre (JIC) yang berada di bawah BAZIS DKI Jakarta dengan menghubungi Ernawati dan Muhtadi Azis di nomor Telp. 021-4413069 melalui Nomor Rekening 0092496500, agar ketika Ramadhan berakhir, kita menjadi orang-orang yang bertaqwa, bukan menjadi manusia setan. Aamiin ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Staf Seksi Pengkajian Bidang Diklat JIC