Festival Internasional Musik Sufi (International Festival for Mystical Music) diharapkan menjadi kebangkitan kesenian Islam dan enam negara peserta kegiatan itu mampu menyuguhkan nilai seni spiritual tertinggi dalam mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Penegasan tersebut dikemukakan Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA di Jakarta, Rabu, terkait rencana penyelenggaraan Festival Internasional Musik Sufi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 17-21 Juli 2011.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Festival Internasional Musik Sufi (International Festival for Mystical Music) diharapkan menjadi kebangkitan kesenian Islam dan enam negara peserta kegiatan itu mampu menyuguhkan nilai seni spiritual tertinggi dalam mendekatkan diri kepada sang Pencipta.
Penegasan tersebut dikemukakan Dirjen Bimas Islam Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar MA di Jakarta, Rabu, terkait rencana penyelenggaraan Festival Internasional Musik Sufi di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 17-21 Juli 2011.
Festival ini akan diikuti enam negara yakni Turki, Maroko, Pakistan, Iran, Mesir dan tuan rumah Indonesia. Sufi adalah salah satu upaya eorang muslim mendekatkan diri kepada sang Pencipta, Allah SAW. Banyak cara umat muslim mendekatkan diri kepada Allah, antara lain dengan tarekot dan sulug.
Terkait dengan event musik sufi itu, Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa kegiatan kesenian spiritual Islami itu dimaksudkan menumbuhkan minat terhadap musik sufi, memberi informasi tentang musik sufi sebagai sarana dakwah, menciptakan semangat toleransi dan ukhuwah Islamiyah antarnegara yang berbeda tradisi dan budaya.
Musik sufi beragam bentuknya, seperti tarian dan nyanyian merupakan ekspresi keberagaman menuju pendekatan Ilahi, katanya. Ia menambahkan, dari prespektif psikologis, musik dapat mengantarkan jiwa pendengar untuk berpulang ke alam ide universal, seluruh jiwa mendapat kenikmatan luar biasa yang berasal dari rohani.
Rasullullah sendiri, kata dia, menyukai musik. Sebagai manusia paling paripurna, Nabi Muhammad Saw gemar berolah raga dan berkesenian. Demikian pula wali songo dengan memanfaatkan musik tradisional lokal menjadikan sebagai sarana dakwah.
Kini seni menjadi bagian dari yang dibutuhkan manusia. Untuk itu, pihaknya akan menjadikan momentum ini sebagai kebangkitab kesenian Islam. Dirjen berharap festival ini akan dijadikan agenda tahunan. Bisa dua atau tiga tahunan sekali. Yang jelas, selama festival berlangsung, penonton tak dikenakan bayaran.