JIC – Islam mengatur semua hal tentang kehidupan manusia. Mulai dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar. Dalam hal makan dan minum misalnya, ada larangan meniup makanan atau minuman. Hal ini sebagaimana dalam hadist berikut:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW telah melarang bernafas di dalam bejana atau melarang untuk meniup padanya. (HR At-Tirmidzi).
Hikmah dari Sisi Kesehatan
Mengapa Rasulullah SAW melarang untuk meniup minuman?. Jika kita telurusi dan pelajari, sebenarnya ada hikmah kesehatan dan abab dibalik larangan ini. Nafas yang keluar dari paru-paru manusia membawa karbondioksida dan beragam zat racun yang keluar dari dalam tubuh.
Dengan kata lain, saat manusia mengeluarkan udara hasil pernafasan serta mengeluarkan udara saat meniup, maka tidak hanya mengeluarkan gas hasil pernafasan saja. Mulut juga akan mengeluarkan uap air dan berbagai partikel yang ada dari dalam rongga mulut.
Paling mudah dideteksi adalah nafas atau bau mulut juga sering tercium. Bau mulut ini mengindikasikan ada partikel yang juga dikeluarkan dari mulut. Partikel ini dapat berasal dari sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, selain itu dapat juga berupa mikroorganisme yang hidup di rongga mulut.
Mikroorganisme ini kadang bersifat merugikan dan bersifat sebagai pathogen. Hal inilah yang harus dihindari supaya jangan terbawa sehingga karena berupa partikel padatan akan dapat menempel dan mengkontaminasi pada makanan yang ditiup.
Menurut salah satu pakar kesehatan, dr. Anisa Rachmawati, meniup makanan atau minuman yang panas justru bisa membuat bakteri dan virus penyebab penyakit berpindah pada makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Hal ini justru membuat seseorang lebih mudah untuk jatuh sakit.
Tanpa kita sadari, di dalam mulut kita terdapat cukup banyak mikroorganisme layaknya virus atau bakteri. Biasanya, bakteri ini akan berkumpul pada sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan dengan baik.
Dr. Anisa memberikan contoh dimana cukup banyak orang tua yang meniupkan makanan atau minuman panas pada anaknya. Padahal, bisa jadi orang tua ini sedang sakit flu, batuk, atau bahkan terkena TBC. Jika hal ini dilakukan, maka dikhawatirkan mikroorganisme ini akan berpindah pada makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh anak sehingga anak pun akan beresiko tinggi terkena penyakit-penyakit tersebut.
Selain bisa menyebabkan kita terkena berbagai macam penyakit, pakar kesehatan juga menyebutkan bahwa meniup makanan atau minuman yang panas bisa membuat kadar asam di dalam tubuh meningkat dengan signifikan dan hal ini tentu sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh kita.
Etika Sosial
Selain itu, hikmah larangan ini juga karena etik sosial, dimana meniup makanan memang di beberapa daerah, memang tidak dianjurkan. Jika makanan atau minuman masih panas, tunggulah sebentar sampai berkurang temperaturnya dan mulut dapat menerima masuk.
Hal kecil ini juga termasuk melanggar etika makan di sejumlah tempat. Salah satunya Amerika Serikat. Meniup makanan yang masih panas untuk mendinginkannya dianggap tidak sopan. Mereka cenderung menunggu sejenak makanan atau minuman hingga suhunya tak terlalu panas, baru kemudian menyantapnya.
Ibnu Qayyim menuturkan, “Meniup minuman dapat menyebabkan air itu terkena bau yang tidak sedap dari mulut orang yang meniup. Sehingga membuat air itu menijikan untuk diminum. Terutama ketika terjadi bau mulut. Kesimpulannya, nafas orang yang meniup akan bercampur dengan minuman itu. Karena itulah Rasulullah SAW menggabungkan larangan bernafas di dalam gelas dengan meniup isi gelas,”.
Hal senada juga disampaikan An-Nawawi. Menurutnya, larangan bernafas di dalam gelas ketika minum termasuk adab. Karena dikhawatirkan akan mengotori air minum atau ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau dari hidung atau semacamnya. (Syarh Shahih Muslim, 3/160)
Memperhatikan alasan yang disampaikan oleh An-Nawawi dan Ibnul Qoyim tentang larangan meniup meniup makanan, bisa diganti dengan menggunakan kipas. Dengan syarat, kipas yang digunakan bukan kipas yang berdebu, yang kotor, sehingga justru menyebarkan penyakit pada makanan atau minuman.
Melatih Kesabaran
Hadits yang melarang meniup makanan atau minuman dalam kondisi panas mengandung filosofi untuk melatih kesabaran lewat makanan. Karena menunggu makanan menjadi dingin juga membutuhkan kesabaran yang lumayan. Sehingga tentunya larangan meniup makanan ini juga memiliki manfaat lain yakni dapat sekaligus melatih kesabaran.
Berkah Makanan yang Telah Dingin
Larangan menyantap atau meniup makanan yang masih panas juga disampaikan dalam hadist berikut:
Dari Asma binti Abu Bakr, “Sesunguhnya beliau jika beliau membuat roti tsarid wadahnya beliau ditutupi sampai panasnya hilang kemudian beliau mengatakan, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas itu lebih besar berkahnya’”. [HR Hakim no 7124].
Secara tegas, Rasulullah SAW menyebut makanan yang sudah tidak panas memiliki berkah saat di konsumsi. Tentunya dengan menggunakan pedoman hadist ini, maka semakin menegaskan bahwa meniup makanan yang masih panas bukan merupakan ajaran Islam yang di anjurkan.
Dalam sebuah hadist Albani mengatakan, “Terdapat riwayat yang sahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan “Makanan itu belum boleh dinikmati sehingga asap panasnya hilang”. HR Al Baihaqi.
Dengan demikian, kita sebagai umat Islam sebaiknya menghindari meniup makanan atau minuman yang masih panas. Karena selain berpengaruh terhadap kesehatan, prilaku ini menjadi hal yang kurang baik, apalagi jika sedang makan bersama.
Sumber : gomuslim.co.id