JIC– Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan bahwa manusia hidup di dunia harus meletakan dasar bahwa dunia adalah tempat ujian. Sehingga ketika mendapatkan ujian tidak akan kaget dan tidak akan stres.
“Dunia itu hammun, balaun, fitnah. Bukan berarti menolak, diberi dunia nggak senang, tetapi harus cerdas. Kamu hidup di dunia harus tahu, harus meletakkan dasar bahwa di dunia ini ujian, di dunia ini tidak senang, di dunia ini isinya tangisan, kesusahan, ini harus kamu tahu, kamu dasarkan,” ujarnya KH. Miftachul Akhyar seperti dikutip NU Online pada Ahad (23/7/2023).
Sehingga, menurut Kiai Miftach, jika hal tersebut dijadikan dasar, maka akan tercipta sebuah ketenangan, bukan kegusaran. Misalnya jika kehilangan apa yang dicintai, disenangi, diharapkan tidak akan menjadikan stres.
“Seorang yang cerdas selalu membayangkan, menggambarkan apa yang saya hadapi akan banyak beberapa tantangan-tantangan, cobaan-cobaan. Walaupun cobaan-cobaan itu belum datang, tetapi ia menganggap bahwa itu sesuatu yang pasti, berarti orang cerdas. Kemudian tiba-tiba datang ujian yang berat, cobaan yang berat tidak akan mengejutkan dia, karena memang sudah dibayangkan sudah didasarkan, karena sudah digambarkan,” imbuhnya.
Maka dari itu Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya tersebut mengingatkan untuk tidak takut dengan ujian sebesar apapun, apalagi sampai takut dengan kemiskinan. Sebab dunia memang penuh dengan tantangan dan penuh fitnah.
“Jadi kalau dapat senang itu cipratan, kalau susah seberat apapun jangan khawatir, jangan takut miskin. Isi dunia seperti itu, jadi dunia itu penuh tantangan, penuh fitnah. jadi dunia itu isinya fitnah.” terangnya.
Lebih lanjut Kiai Miftcah mengungkapkan bahwa hidup di dunia harus diisi dengan kebaikan, diantaranya cinta ilmu pengetahuan, menggali ilmu pengetahuan. Ia mengingatkan bahwa semulia apapun nasabnya, tetapi lemah dalam mencari ilmu, maka nasab tidak akan pernah bisa membantu menjadikannya orang mulia.
“Orang yang lemah amalnya, maka nasab tidak akan pernah bisa untuk membantu dia menjadi orang mulia. Nasabnya siapapun kalau lemah amalnya, tholabul ilminya, upaya-upaya, ikhtiar-ikhtiar untuk mencari kebaikan, ya tidak akan terangkat,” jelasnya.
“Pokoknya manusia harus tahu bahwa dunia ini ujian, ikhtiar harus. Siapa yang akan kalah dalam ikhtiar dia akan menjadi korban, tetapi akhirnya dia belajar sabar, belajar mengokohkan diri bahwa di dunia ini harus siap ditantang dan mendapat tantangan. Manusia akan menemukan kesabaran di saat bertemu dengan ujian,” pungkasnya.