Jika kita adalah orang-orang yang memelihara shalat dan selalu mengerjakannya secara baik dan benar, maka kita bukanlah seorang pencuri shalat. Tetapi jika kita adalah orang yang terbiasa untuk mengerjakan shalat secara sembrono dan serampangan, mengerjakan shalat dengan terburu-buru dan ingin cepat selesai, mengerjakan shalat tanpa ada penghayatan di dalamnya, maka hati-hatilah, karena kita adalah masuk dalam kelompok orang-orang yang disebut oleh Rasulullah sebagai para pencuri shalat. Dan jika itu yang terjadi, maka tidak ada jalan lain bagi kita, kecuali memohon ampun kepada Allah dan segera memperbaiki kualitas shalat kita.
Pada peristiwa Isra Mi`rajlah perintah shalat diterima oleh Rasulullah saw. dari Allah swt. Tidak seperti perintah-perintah lainnya, perintah shalat adalah perintah yang sangat khusus, teristimewa, satu-satunya, tidak ada lagi duanya yang diberikan langsung tanpa melalui perantara malaikat Jibril. Sehingga peristiwa Isra Mi`raj dengan shalat seperti dua sisi uang logam yang tidak dapat dipisahkan. Membahas Isra Mi`raj, ya membahas shalat, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw. bahwa shalat adalah mi`rajnya orang-orang yang beriman.
Begitu istimewanya perintah shalat ini, begitu istimewanya pula sanksi yang diberikan kepada kaum muslimin yang lalai atau tidak mengerjakannya. Ada ulama yang berpendapat orang tersebut telah kafir. Mungkin diantar kita tidak ada yang tidak mengerjakan shalat, tapi ternyata termasuk kedalam kelompok orang-orang yang mencuri shalatnya sendiri. Tahukah kita bahwa pencuri shalat adalah sejahat-jahatnya pencuri? Jika kita menghujat para koruptor, ternyata tidak lebih jahat daripada si pencuri shalat.
Lalu seperti apa si pencuri shalat itu? Dr. KH. M. Hamdan Rasyid, MA, Kepala Bidang Takmir Jakarta Islamic Centre (JIC) dalam buku yang ditulisnya yang berjudul “Mengapa Engkau Curi Shalatmu?”menjelaskan tentang si pencuri shalat ini dengan bersandar kepada hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Abdullah bin Maghfal dimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya“Sesungguhnya sejahat-jahatnya pencuri dari kalangan manusia adalah orang yang mencuri shalatnya.” Para sahabat pun bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana seseorang mencuri shalatnya?” Beliau pun bersabda, “Ia tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujudnya. Dan sesungguhnya orang yang paling bakhil (kikir) adalah orang yang kikir untuk mengucapkan salam.”
Berdasarkan hadits ini, Dr. KH. M. Hamdan Rasyid, MA menjelaskan bahwa pencuri shalat adalah orang yang telah memperlakukan shalat dengan gegabah dan sembrono. Ia mengerjakan shalat, tetapi shalatnya tidak lebih seperti shalat “patuk ayam”. Maksudnya, ia mengerjakan shalat, tetapi tidak melaksanakannya dengan sempurna, ia mengerjakannya dengan terburu-buru, tidak ada tumakninah; tidak sempurna dalam berdiri, tergesa-gesa dalam ruku’ dan sujud, tidak ada penghayatan tentang bacaan-bacaan shalat, serta sembrono dan sembarangan dalam gerakan-gerakan shalat. Mereka mengerjakan shalat tak ubahnya seperti orang yang “kerja borongan”, ingin cepat salam atau cepat selesai. Sungguh, orang semacam itu adalah seorang pencuri yang paling jahat, karena ia telah mencuri sesuatu dari shalatnya. Ia telah mencuri sesuatu yang sangat mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya, yang untuk memerintahkan manusia guna melakukannya, Allah SWT sampai mengundang Nabi SAW pada waktu yang khusus dan di tempat yang sangat mulia, tinggi lagi agung, yaitu di Sidratul Muntaha. Tapi dengan seenaknya, ia justru mengerjakannya secara serampangan. Maka pantaslah ia disebut sebagai ‘pencuri’ yang paling jahat. Karena jika pelaksanaan shalatnya seperti itu, pasti ada syarat maupun rukun shalat yang terlewatkan ataupun tidak dilaksanakan secara sempurna, baik itu berupa bacaan ataupun gerakan shalat.
Lalu, bagaimanakah dengan diri kita? Adakah kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang disebut oleh Rasulullah SAW sebagai para pencuri shalat? Jawabnya, tentu diri kita masing-masing yang tahu!
Jika kita adalah orang-orang yang memelihara shalat dan selalu mengerjakannya secara baik dan benar, maka kita bukanlah seorang pencuri shalat. Tetapi jika kita adalah orang yang terbiasa untuk mengerjakan shalat secara sembrono dan serampangan, mengerjakan shalat dengan terburu-buru dan ingin cepat selesai, mengerjakan shalat tanpa ada penghayatan di dalamnya, maka hati-hatilah, karena kita adalah masuk dalam kelompok orang-orang yang disebut oleh Rasulullah sebagai para pencuri shalat. Dan jika itu yang terjadi, maka tidak ada jalan lain bagi kita, kecuali memohon ampun kepada Allah dan segera memperbaiki kualitas shalat kita.
Tentu kita tidak ingin disebut pencuri shalat bukan? Maka mari, jadikan peringatan Isra Mi`raj ini sebagai momentum untuk memperbaiki shalat kita. Ingatlah bahwa yang pertama kali akan dihisab kelak di Yaumul Akhir adalah shalat sebagaimana hadits dari Huraits bin Qabishah, ia berkata : Saya sampai di Madinah. Ia berkata : “Wahai Allah mudahkanlah bagiku (mendapat) teman duduk yang baik. Lalu saya duduk kepada Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu kemudian Saya berkata : “Saya berdo’a kepada Tuhan (Allah) Yang Maha Mulia dan Maha Besar -untuk memudahkan bagiku teman duduk yang baik, maka sampaikanlah kepadaKu hadits yang kamu dengar dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam Semoga Allah memberi manfaat kepadaku dengan itu”. Ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya sesuatu yang paling dulu dihisab pada hamba adalah shalatnya. Jika shalat itu baik maka ia telah menang dan sukses. Jika shalatnya rusak maka ia telah merugi”.
Karena begitu pentingnya shalat yang benar dan baik, agar kita tidak masuk dalam kelompok pencuri shalat, maka pada peringatan Isra Mi`raj ini, JIC akan mengadakan bedah buku Mengapa Engkau Curi Shalatmu bersama penulisnya Dr.KH. M. Hamdan Rasyid, MA di Ruang Ibadah Utama JIC langsung setelah sholat Jum`at, 24 Juni 2011. Bagi yang tidak dapat hadir di acara tersebut, bisa mendapatkan bukunya dengan menghubungi nomor telepon 081314165949. Selain itu, JIC juga mengadakan Pelatihan Shalat Khusyu` bersama Dr. KH. M. Hamdan Rasyid, MA dan KH. Wahfiudin Sakam pada hari Rabu, 29 Juni 2011 di Ruang Audio Visual JIC dari Jam 08.00 sampai dengan 15.00 WIB dengan pendaftaran setiap hari kerja langsung datang ke JIC di Jl. Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara atau telepon ke (021) 4413069, (021)44835349 via Desmawati, Ernawati atau Darmi. ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Koordinator Pendidikan dan Pengkajian JIC