Jum`at ini (3/05/2013), tepat satu minggu kita semua ditinggal oleh Ustadz Jeffry Al Buchori. Setiap hari, sejak kematiannya yang disebabkan oleh kecelakaan tunggal di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan diberitakan, kita disungguhkan tentang cerita-cerita kehidupannya yang ditayangkan di berbagai televisi dan media massa lainnya; baik yang menyangkut kehidupan pribadi dan rumah tangganya, profesi, hobi, pergaulan serta sisi-sisi lainnya.
Lalu, bagaimana agar kita yang masih hidup ini dapat menyiapkan diri secara maksimal sehingga dapat mengakhiri hidup dengan husnul khatimah? Dan bagaimana tanda-tanda lengkap dari kematian yang husnul khatimah itu? Untuk mendapatkan jawaban dari kedua pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terkait, maka Jakarta Islamic Centre (JIC) mengundang para pembaca sekalian untuk menghadiri pengajian Mati Itu Pasti, Husnul Khatimah Itu Pilihan yang disingkat dengan pengajian MIP HIP.
Jum`at ini (3/05/2013), tepat satu minggu kita semua ditinggal oleh Ustadz Jeffry Al Buchori. Setiap hari, sejak kematiannya yang disebabkan oleh kecelakaan tunggal di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan diberitakan, kita disungguhkan tentang cerita-cerita kehidupannya yang ditayangkan di berbagai televisi dan media massa lainnya; baik yang menyangkut kehidupan pribadi dan rumah tangganya, profesi, hobi, pergaulan serta sisi-sisi lainnya.
Lalu, apa jejak kebaikan terakhir yang paling berharga yang ia berikan kepada umat Islam? Jawabanya tidak lain adalah kematiannya sendiri. Paling tidak, minimal ada tiga jejak kebaikan dari kematiannya, yaitu: Pertama, Ustadz Uje meninggal pada malam Jum`at, setelah tengah malam sebagai salah satu tanda orang yang wafat dalam husnul khatimah. Tanda ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Abdullah bin Umar ra. Dia mendengar bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia pada hari Jumat atau malamnya, melainkan Allah akan melindunginya dari fitnah siksa kubur.” (HR Tirmizi); kedua, kematiannya dan kisah-kisahnya selama hidup (manqabah) yang ditayangkan berulang-ulang dan dimuat di media massa mampu menggunggah kesadaran dan menjadi pelajaran (ibrah) dan keteladanan (uswah) bagi yang hidup; dan ketiga, dari cerita yang ditayangkan, almarhum memberikan isyarat-isyarat menjelang kematiannya kepada orang-orang terdekat seperti yang dilakukan oleh sebagian para nabi, rasul dan sebagian orang-orang yang beriman dalam kadar dan bentuk yang berbeda .
Adapun oang-orang kafir dan gaflah tidak memberikan isyarat kepada orang-orang yang ditinggalkan menjelang kematian mereka seperti isyarat yang diberikan oleh para nabi, rasul dan orang-orang yang beriman. Dan sebelum kematian datang, sebagian orang-orang kafir yang melupakan peringatan Allah SWT dan lalai ini akan disiksa dengan siksaan dunia yang datang secara tiba-tiba (baghtatan). Allah SWT berfirman di dalam Q.S. Al-An`am ayat 44 yang artinya: ”Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”(QS. 6:44)
Karena itulah, sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak tanpa adanya isyarat-isyarat untuk mereka yang masih hidup dan juga dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ulama yang tidak menyukai kematian mendadak ini di antaranya Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi’i.
Namun demikian, Imam al-Nawawi di dalam kitab Fathul Baari menyatakan bahwa sejumlah sahabat Nabi SAW dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. Ia berkata,”Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah).” Hal ini juga dikuatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra., dia berkata, “Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir..” Perkataan Abdullah bin Mas`ud ra ini berdasarkan hadits dari Aisyah ra. yang berkata,”Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,,” Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat.” (HR. Ahmad). Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Mas’ud ra. dan Aisyah ra,, keduanya berkata, “Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Mengenai kematian mendadak ini, Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil, penulis kitab Asyrah As-Sa’ah. menyebutkan bahwa kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits Nabi SAW yang salah satunya hadits marfu’ dari Anas bin Malik ra,, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah (di antaranya) akan banyak kematian mendadak.” (HR. Thabrani). Hadits ini merupakan bukti kebenaran ajaran Islam karena memang tingkat kematian mendadak di zaman sekarang sangat tinggi yang disebabkan oleh berbagai penyakit, terutama penyakit serangan jantung, akibat pola makan dan gaya hidup yang jarang terjadi di masa lalu.
Lalu, bagaimana agar kita yang masih hidup ini dapat menyiapkan diri secara maksimal sehingga dapat mengakhiri hidup dengan husnul khatimah? Dan bagaimana tanda-tanda lengkap dari kematian yang husnul khatimah itu? Untuk mendapatkan jawaban dari kedua pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terkait, maka Jakarta Islamic Centre (JIC) mengundang para pembaca sekalian untuk menghadiri pengajian Mati Itu Pasti, Husnul Khatimah Itu Pilihan yang disingkat dengan pengajian MIP HIP. Pengajian gratis ini akan diisi oleh Ustadz H. Agus Syarif Hidayat ( Ustadz H. Gusrif) selaku pencetus dan pemimpin pengajian MIP HIP pada majelis Forum Ahad Dhuha JIC, hari Ahad, 12 Mei 2013 dari jam 07.00 sampai dengan 09.00 WIB . Pengajian MIP HIP telah diselenggarakan oleh Ustadz H. Gusrif di beberapa daerah dan mendapatkan respon yang positif dari jama`ah yang mengikutinya karena memang materi dari pengajian MIP HIP ini benar-benar bertujuan untuk mengingatkan orang akan kematian sehingga dapat menyiapkan diri dengan bekal yang memadai daripada menyesal kemudian: mati dalam kemiskinan amal shalih dan kekufuran. Na`udzubillah min dzalik. ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Seksi Pengkajian JIC