KIAT-KIAT MENGGAPAI KEBAHAGIAAN DUNIA AKHIRAT

0
457
kiat-kiat-menggapai-kebahagiaan-dunia-akhirat

وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

[Surat Al-Baqarah: 201]

JIC– Ayat 201 Al-Baqarah ini menunjukkan golongan kedua manusia yaitu orang-orang yang visioner dalam hidupnya, lebih besar jiwanya karena senantiasa menjaga hubungan dengan Allah, dan menginginkan kebaikan di dunia sekaligus kebaikan di akhirat. Berbeda dengan ayat sebelumnya, ayat 200 yang menggambarkan golongan pertama manusia yang hanya mementingkan kehidupan dunia, sangat ambisi terhadapnya dan sibuk dengannya.

Diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Ada suatu kaum dari masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf saat haji, lalu mereka berdo’a, Ya Allah, jadikanlah tahun ini sebagai tahun yang banyak turun hujan, tahun kesuburan, dan tahun kelahiran anak yang baik.

Dan mereka sama sekali tidak menyebutkan urusan akhirat. Maka Allah ta’ala menurunkan ayat 201 Al-Baqarah ini.

Menurut Ibnu Katsir, kebaikan di dunia mencakup segala permintaan yang bersifat duniawi, berupa kesehatan, rumah yang luas, isteri yang cantik, rezeki yang melimpah, ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kendaraan yang nyaman, pujian, dan sebagainya yang termasuk ke dalam kategori kehidupan dunia. Adapun kebaikan di akhirat maka yang tertinggi adalah masuk surga, dan segala cakupannya berupa rasa aman dari ketakutan yang sangat dahsyat, kemudahan hisab dan berbagai kebaikan urusan akhirat lainnya.

Dalam konsep NLP atau Neuro-Linguistic Programming (penyusunan bahasa saraf), didapatkan sebuah premis bahwa setiap manusia memiliki sistem saraf yang sama, karena itu Segala sesuatu yang dapat Anda lakukan, saya juga bisa melakukannya yaitu dengan menirunya.

Rasulullah saw adalah teladan yang baik dalam berbagai aspek kehidupan. Beliau pernah hidup susah sehingga dapat menjadi teladan bagi orang-orang susah. Beliau juga pernah jadi orang kaya, sehingga dapat menjadi teladan orang-orang kaya dalam menggunakan kekayaaannya. Beliau pernah menjadi pemimpin di berbagai bidang sehingga siapa pun dapat meneladani kepemimpinannya.

Beliau merintis bisnis usia 12 tahun ikut Abu Thalib ke Syam, dan mulai usaha sendiri usia 17 tahun hingga usia 37 tahun. Sebelum menikah, Rasulullah saw menjadi manajer bisnis Bunda Khadijah di Habashah Yaman dan menjalankan bisnis atas nama beliau sebanyak 5 kali. Menurut riwayat Rasulullah saw menikahi Bunda Khadijah dengan menyerahkan mahar 20 ekor unta dan 12 ons emas (sekitar 750 juta) . Sebagai informasi, harga 1 ekor unta di Timur Tengah saat ini 25-30 juta. Adapun harga emas mungkin saat ini di kisaran 950 ribu hingga 1 juta.

Sangat terpuji orang yang memiliki harta banyak dan mengeluarkan zakat. Dalam sebuah riwayat, sedekah Ali bin Abi Thalib mencapai 40.000 dinar. Abdullah bin Mas’ud meninggalkan kekayaan 90.000 dinar. Al-Laits bin Sa’ad penghasilan per tahun mencapai 20.000 dinar. Ibnu Mahdi menghasilkan uang setiap tahun 2.000 dinar. Jika  diasumsikan dinar Kuwait, maka nilai tukar 1 dinar sekitar Rp. 48.400 (kurs Rp. 14.500/dolar AS).

Kiat-kiat menggapai kebahagiaan dunia akhirat;

  1. Hati yang selalu bersyukur

Banyak manusia tidak bersukur atas limpahan rezeki yang Allah anugerahkan. Sudah memiliki jabatan tinggi, penghasilan besar, keluarga yang sempurna, namun memilih menjadi orang terhina. Ada pula yang rezekinya pas-pasan, namun diberikan anugerah kesehatan selalu oleh Allah ta’ala, ia pun sering menghujat Allah karena do’a-do’a yang dilantunkan belum terkabul

  1. Lisan yang senantiasa berzikir

Meresapi setiap lisan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil dan bacaan-bacaan mulia lainnya. Sangat dirasa sekali bahwa banyak mengingat Allah akan menentramkan hati, sakinah qalbiyah. Dan zikir utama adalah tilawah Al-Qur’an terlebih Ramadan adalah Syahrul Qur’an, bulan Al-Qur’an

  1. Banyak bersabar

Para Nabi dan Rasul Allah senantiasa mengalami cobaan dan rintangan dalam hidupnya, baik terkait manajemen dan organisasi dakwahnya yang dihambat dan dimusuhi atau diri pribadi mereka yang langsung mengalami intimidasi dalam keseharian. Ada Ayahanda Ibrahim as, Yusuf as, Ibunda Maryam, Rasulullah saw, Ashabul Kahfi. Apalah diri ini dibanding para manusia mulia pendahulu kita

  1. Bersungguh-sungguh

Tidak ada kamusnya manusia sukses diawali sebuah kemalasan. Banyak ayat dalam Al-Qur’an memuat tentang perjuangan, kesungguh-sungguhan, usaha, ikhtiar. Dan tidak ada penyesalan bagi pejuang, orang yang sungguh-sungguh jika upaya maksimal yang dilakukan belum berbuah hasil. Karena ia senantiasa yakin bahwa Allah tidak akan menyia-menyiakan kesungguhan para hamba-Nya

  1. Membiasakan berbaik sangka

Menerapkan sikap baik ini kepada Allah swt, pasangan hidup, orangtua, anak-anak serta orang lain di luar lingkaran keluarga. Memperlakukan orang lain secara proporsional, dan tidak mengeneralisir peristiwa atau kasus tertentu

  1. Self Leadership (Kemampuan memimpin diri sendiri, kemampuan diri dalam mengendalikan hawa nafsu)

Terkadang merasakan ada potensi atau bakat yang dimiliki namun tidak mampu untuk menwujudkannya karena satu atau lain hal. Juga hasrat tinggi tidak hanya syahwat seksual namun juga syahwat kekuasaan,  jabatan atau karir politik yang menggebu-gebu tanpa bisa diredam dan dibina

  1. Self Discipline (menegakkan disiplin atas diri sendiri)

Masih lemah dalam manajemen diri, inkonsisten dalam beribadah dan beramal saleh. Terkadang semangat membaca Al-Qur’an, di saat lain malas sekali untuk membacanya. Terkadang semangat membantu orangtua atau saudara kandung, di kesempatan lain malas untuk sekadar menjawab sapaan salamnya. Apalagi jika diperluas interaksi dengan orang-orang di luar keluarga

  1. Self Punishment (menegakkan hukuman pada diri sendiri)

Poin ini dalam Tazkiyatun Nafs dikenal dengan istilah Mu’aqabah. Dalam sebuah riwayat, Umar bin Khattab pernah terlambat untuk menunaikan salat berjamaah, dan beliau bakda salat mensedekahkan kebunnya kepada kaum Muslimin. Terkadang kepada diri sendiri kita banyak melakukan self-excuse (permaafan kepada diri sendiri), namun sikap kepada orang lain selalu menyalahkan dan cenderung memvonis bahwa yang bersangkutan selalu salah dan berdosa.

Kita berharap dapat menggapai kebahagiaan hakiki di akhirat kelak karena kebahagiaan di dunia bersifat sementara.

{ ٱلَّذِینَ تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةُ طَیِّبِینَ یَقُولُونَ سَلَـٰمٌ عَلَیۡكُمُ ٱدۡخُلُوا۟ ٱلۡجَنَّةَ بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ }

(yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), “Salamun ‘alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan.” [Surat An-Nahl: 32]

{ وَسِیقَ ٱلَّذِینَ ٱتَّقَوۡا۟ رَبَّهُمۡ إِلَى ٱلۡجَنَّةِ زُمَرًاۖ حَتَّىٰۤ إِذَا جَاۤءُوهَا وَفُتِحَتۡ أَبۡوَ ٰ⁠بُهَا وَقَالَ لَهُمۡ خَزَنَتُهَا سَلَـٰمٌ عَلَیۡكُمۡ طِبۡتُمۡ فَٱدۡخُلُوهَا خَـٰلِدِینَ }

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.” [Surat Az-Zumar: 73]

Menurut Imam Ibnul Jauzi, Orang yang cerdas akan selalu memberikan setiap detik hidup sesuai haknya. Jika maut menjemput, ia telah siap. Jika harapannya tercapai, berlipatgandalah kebaikannya

{ وَقَالُوا۟ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِی صَدَقَنَا وَعۡدَهُۥ وَأَوۡرَثَنَا ٱلۡأَرۡضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ ٱلۡجَنَّةِ حَیۡثُ نَشَاۤءُۖ فَنِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَـٰمِلِینَ }

Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah memberikan tempat ini kepada kami sedang kami (diperkenankan) menempati surga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka (surga itulah) sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. [Surat Az-Zumar: 74]

Semoga Allah ta’ala memberkahi kita dan keluarga serta umat Islam di bulan Ramadan ini, dan Allah ta’ala mudahkan dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Aamiin

 

*Materi adalah seri dari Ayat-Ayat Pendidikan bagian ke-25 yang ditulis oleh Ustaz Arief Rahman Hakim, M.Ag (Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Pelatihan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPPIJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here