
.: Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. :. Allah s.w.t. memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa .: Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. :. Allah s.w.t. memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa bersyukur sebagaimana firman Allah s.w.t
KONTEKSTUALISASI PENGORBANAN NABI IBRAHIM A.S. DALAM KEHIDUPAN MODERN
Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3) اللهُ اَكبَرْ (×3)
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرُ (3×)
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ.
اَمَّا بَعْدُ،
فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ..
Jama’ah Sholat Idul Adha dan Segenap Kaum Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia…
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhânahu wa Ta’âlâ Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang kita besarkan dan agungkan nama-Nya sejak tadi malam sampai pagi ini, bahwasanya pada pagi hari ini kita semua dapat berkumpul di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (JIC) untuk melaksanakan Shalat Idul Adha, serta memuliakan dan mensyiarkan satu diantara sekian banyak hari-hari Allah. Hari-hari yang kelak akan menjadi saksi tentang jiwa-jiwa suci yang telah berjuang menggapai ketinggian; tentang jiwa-jiwa yang telah menghantarkan kematian untuk mendapatkan kehidupan yang kekal dan abadi. Untuk itulah Allah s.w.t. memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat hari-hari-Nya; agar dengan begitu kita senantiasa bersyukur sebagaimana firman Allah s.w.t.:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS. Ibrahim [14]: 5)
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi panutan dan teladan seluruh umat manusia yaitu Baginda Nabi Muhammad s.a.w., para keluarga, para sahabat dan kepada seluruh umatnya yang setia mengikuti ajaran dan sunnah-sunnahnya, dan semoga kelak kita mendapat syafaatnya di Yaumil Qiyamah, amîn ya rabbal ’âlamîn.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd…
Maha suci Allah yang telah menciptakan siang dan malam. Sesungguhnya, setiap makhluk hidup membutuhkan sinar mentari agar tetap menyinari bumi dan menciptakan malamnya untuk beristirahat; maka Allah s.w.t. tidak menghentikan peredaran matahari, dan tidak mencabut perputaran malam, sekalipun sepanjang malam dan siang hari manusia bergelimang dalam dosa, mengingkari perintah Allah serta mengabaikan larangan-Nya.
Oleh karena itu, marilah kita bertakwa kepada Allah s.w.t. agar kita menjadi manusia yang paling ideal menurut Al-Qur`an, karena Allah menyatakan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang paling bertaqwa.” Terhadap orang yang bertaqwa. Allah s.w.t. berjanji:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Qs. al-Ahzab [33]: 70-71)
Dan hari agung yang kita rayakan ini adalah hari ketika seorang manusia besar, seorang nabi Allah, lbrahim a.s., sedang menapaki jalan terjal menuju ketinggian; menjalani detik-detik paling menggetarkan dalam kehidupan jiwanya dan dalam segenap gelombang sejarah kemanusiaan; saat-saat ketika ia melampaui batas keraguannya dan memasuki wilayah keyakinan baru dimana ia benar-benar memutuskan untuk menyembelih puteranya tercinta, Ismail as.
Mari kita simak serta hayati dialog antara kedua anak manusia itu pada detik-detik terakhir yang menjelaskan mereka tiba pada satu kemufakatan yang besar itu:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat [37]: 102)
Jama’ah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah s.w.t…
Dengarkanlah, betapa lbrahim memanggil anaknya dengan sebutan “Bunayya; anakku tersayang?” Perhatikanlah, betapa Ibrahim bertanya kepada anaknya dengan hati- hati; “Cobalah pertimbangkan! Bagaimanakah pendapatmu tentang itu?” Dapatkah kita rasakan bagaimana Nabi Allah Ibrahim a.s. menyembunyikan pergolakan besar yang berkecamuk di relung hatinya? Tapi lihatlah, betapa agungnya sang anak masih sanggup memanggil ayahnya dengan panggilan sayang; “Wahai ayahku tersayang!” Tapi alangkah agungnya sang anak ketika ia menjawab dengan tenang; “Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu!” Dan betapa tegarnya sang anak ketika ia mengatakan; “Niscaya kan kau dapati aku, Insya Allah, sebagai orang-orang yang sabar.”
Andaikan Ibrahim manusia yang dha’if, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan. Salah satu diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya; Allah atau Isma’il. Berdasarkan rasio normal, boleh jadi Ibrahim akan lebih memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan tanpa menghiraukan perintah Allah tersebut. Namun ternyata Ibrahim adalah sosok hamba pilihan Allah yang siap memenuhi segala perintah-Nya, dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan mengorbankan Isma’il yang akhirnya menjadi syari’at ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad s.a.w. Allah mengingatkan kenyataan ini dalam firman-Nya:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS: At-Taubah [9]: 24)
Dr. Ali Syariati dalam bukunya “Al-Hajj” mengatakan bahwa Isma’il adalah sekedar simbol. Simbol dari segala yang kita miliki dan cintai dalam hidup ini. Kalau Isma’ilnya nabi Ibrahim adalah putranya sendiri, lantas siapa Isma’il kita? Bisa jadi diri kita sendiri, keluarga kita, anak dan istri kita, harta, pangkat dan jabatan kita. Yang jelas, seluruh yang kita miliki bisa menjadi Isma’il kita yang karenanya akan diuji dengan itu. Kecintaan kepada Isma’il itulah yang kerap membuat iman kita goyah atau lemah untuk mendengar dan melaksanakan perintah Allah. Kecintaan kepada Isma’il yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi egois, mementingkan diri sendiri, dan serakah tidak mengenal batas kemanusiaan.
Karena itu, dengan melihat keteladanan berqurban yang telah ditunjukkan oleh seorang Ibrahim, walaupun Ismail anak satu-satunya yang paling dicintainya, namun Nabi Ibrahim As lebih mencintai Allah s.w.t.. Mencontoh keteledanan Nabi Ibrahim ini, apapun Isma’il dalam diri kita, apapun yang kita cintai, qurbankanlah manakala Allah menghendaki-Nya. Janganlah kecintaan terhadap Isma’il-Isma’il itu membuat kita lupa kepada Allah. Tentu, negeri ini sangat membutuhkan hadirnya sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk kemaslahatan orang banyak meskipun harus mengorbankan apa yang dicintainya.
ltulah momentum pengorbanan paling akbar dalam sejarah peradaban manusia. Dan itulah momentum kebesaran paling agung dalam sejarah manusia. Dan itulah hari-hari Allah! Maka dengarlah Allah s.w.t. berfirman tentang lbrahim:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim.’” (QS. Al Baqarah [2]: 124)
Dan dengarlah Allah berkata tentang lsma’il as dalam ayat yang lain:
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِسْمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا
“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam [19]: 54)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Jama’ah Rahimakumullah…
Begitulah kisah pengorbanan yang telah diabadikan dalam sejarah kemanusiaan. Sebab dalam sejarah itu selalu hanya ada darah dan air mata. Tapi hanya itulah; yang dapat menghantar setiap pribadi menuju kebesarannya. Dan hanya itulah yang dapat menghantar setiap umat menuju kejayaannya. Demikianlah akhirnya pengorbanan menjadi kisah panjang yang mengalir deras dalam sejarah kemanusiaan.
Lihatlah bagaimana Nabi kita, Muhammad s.a.w., harus berkorban demi dakwahnya sepanjang 22 tahun. Lihat pula bagaimana para Sahabat Beliau dan kaum Muhajirin harus meninggalkan tanah asalnya, anak isterinya, serta semua harta benda mereka, demi mempertahankan dan melebarkan sayap agama Allah! Lihat pula bagaimana orang-orang Anshar di Madinah yang notabene miskin harus menyambut saudara-saudara mereka kaum Muhajirin dari Mekkah yang datang tanpa membawa bekal apa-apa? Maka Allah berfirman tentang kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti nabi-Nya, Muhammad s.a.w.:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam [68]: 4)
Allah s.w.t. juga memuliakan, memberikan rahmat dan mengangkat derajat orang-orang yang berjuang dalam menegakkan agama Allah sebagaimana firmanya:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Kalau pengorbanan telah melekat begitu kuat dalam tabiat kehidupan, maka begitulah pengorbanan menjadi wajah abadi bagi iman. Sebab Allah hendak memenangkan agama-Nya di muka bumi dengan usaha-usaha manusia yang maksimal. Marilah kita menyimak dialog antara Saad Bin Abi Waqqas dengan Rasulullah s.a.w. berikut ini:
Dan Saad bin Abi Waqqas berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah yang mendapat cobaan paling berat?” Rasulullah menjawab, “Para Nabi, lalu yang paling menyamai (kualitas) nabi. Dan seseorang akan diuji dengan sesuai dengan kemampuannya. Jika di dalam keagamaan terdapat kekuatan, maka cobaannya akan semakin keras. Dan Jika ada kelemahan dalan agamannya, ia hanya akan diuji sesuai dengan kadar keagamaannya itu. Maka cobaan tidak akan pernah meninggalkan seorang hamba, hingga ia membiarkan hamba itu berjalan di muka bumi tanpa sedikitpun dosa.” (HR Ibnu Majah, sebagian maknanya terdapat dalam shahih Bukhari dan Muslim)
Begitulah Jama’ah Sholat Idhul Adha yang berbahagia. Pengorbanan menjadi harga mati bagi wujud keimanan kita; dimana geliat iman kita hanya akan terlihat pada sebanyak apa yang dapat kita korbankan, pada sebanyak apa yang kita mampu memberi, pada sebanyak kita lelah, pada sebanyak apa kita menangis; dan puncak dari segalanya adalah saat dimana kita menyerahkan harta dan jiwa kita sebagai persembahan total kepada Allah s.w.t.. Maka bertanyalah kepada diri sendiri; sudah berapa banyak yang dapat kita berikan kepada orang lain? Sudah berapa banyak kita meneteskan air mata?, Sudah berapa banyak kita lelah untuk memperjuangkan agama Allah s.w.t.?, dst.
Begitulah saudara-saudaraku, peng-orbanan menjadi harga mati bagi kemenangan. Setiap mimpi kemenangan dan kejayaan selalu diawali dengan kisah panjang pengorbanan. Maka Nabi lbrahim dinobatkan sebagai pemimpin umat manusia setelah Beliau menyelesaikan kisah pengorbanannya yang begitu panjang dan begitu mengharubiru. Dan Rasulullah s.a.w. mencapai kemenangan akhirnya setelah melalui masa-masa pengorbanan yang penuh darah dan air mata.
Inilah janji Allah bagi orang-orang yang senantiasa dalam hidupnya taat dan patuh dan berqurban menegakkan agama Allah:
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah [9]: 111)
Pengorbanan terbesar adalah jihad fi’ sabilillah; berperang di jalan Allah dan berjuang dengan harta dan nyawanya, sebagaimana firman Allah s.w.t. dalam QS. at-Taubah 111 tersebut di atas. Allah berjanji akan menggantinya dengan Syurga.
Saat ini perjuangan bangsa Indonesia membutuhkan pengorbanan kita kaum Muslimin sebagai komunitas terbesar di negeri ini. Pengorbanan ini harus dilakukan dalam bentuk kesholehan sosial.
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar Walillahil Hamd
Setelah mencermati pelajaran kehidupan keberagamaan yang sangat berharga di atas, Prof. Dr. Mushthafa Siba’i pernah mengajukan pertanyaan menarik yang menggugah hati: “Akankah seorang muslim di hari raya ini menjadi sosok egois yang mencintai dirinya sendiri dan mementingkan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain? Ataukah ia akan menjadi pribadi yang mementingkan orang lain di bandingkan dirinya, lalu mendahulukan kepentingan orang lain atas kepentingan dirinya tersebut?
Memang secara fitrah, manusia cenderung bersikap egois dan mementingkan diri sendiri. Ia melihat kepentingan orang lain melalui kepentingan dirinya. Namun demikian, disamping itu semua, manusia pada dasarnya adalah makhluk zoon politicon, yang cenderung untuk saling bekerjasama, memilih untuk bermasyarakat dibandingkan menyendiri, dan pada gilirannya akan mendorong dirinya untuk merelakan sebagian haknya untuk orang lain, sehingga dari kerjasama tersebut ia dapat mengambil manfaat berupa perwujudan kehormatan dan kepentingannya. Oleh karena itu, beberapa macam pengorbanan dan pendahuluan kepentingan orang lain, menjadi bagian dari keharusan dalam bangunan masyarakat yang tanpa keberadaannya, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan bahagia inilah makna dari kesolehan sosial.
Kita semua sudah istiqomah menegakan sholat wajib ditambah sholat sunah, berpuasa wajib di bulan ramadhan ditambah lagi puasa-puasa sunah, berhaji dan umrah bahkan berkali-kali dilakukan. Itu semua menunjukan kesholehan individu. Tapi sudahkan kita menegakkan kesolehan sosial.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Permasalahan besar bangsa Indonesia tercinta saat ini antara lain adalahnya masih tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Menurut data statisik kita, sampai dengan bulan Februari 2010 saja jumlah penduduk yang menganggur masih mencapai 8,59 juta orang. Padahal mereka sangat membutuhkan penghasilan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Oleh karena pemerintah sudah dan tengah dan akan terus berupaya untuk mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan yang dihadapi oleh bangsa ini melalui berbagi kebijakan, program dan kegiatan seperti program Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja, Bursa Kerja, Proyek Padat Produktif, Pembinaan Kewirausahaan Bagi Para Pemuda & Remaja Putus Sekolah, Penempatan para Da’i di Kawasan Transmigrasi, dan pengembangan Program Transmigrasi serta pembangunan dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian lainnya.
Oleh karena itu, marilah kita kaum muslimin dan muslimat ini bersama-sama bersatu padu menegakkan kesolehan sosial dan berkorban sebagaimana dicontohkan nabi Ibrahim AS dan diajarkan junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w.
Hanya dalam satu bulan terakhir ini saja, bangsa kita tertimpa cobaan berturut-turut dengan terjadinya berbagai bencana alam. Banjir bandang di Kabupaten Wasior, Provinsi Irian Jaya Barat, gempa tektonik yang disertai dengan gelombang tsunami yang menerjang Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, dan meletusnya Gunung Merapi, di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DI Yogyakarta. Mari kita bersama bersatu padu serta bahu membahu membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah tersebut. Wujudkanlah kesolehan sosial kita bersama melalui harta, tenaga dan fikiran yang kita miliki.
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dalam.” (QS. At-Taubah [9]: 71)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah…
Insya Allah dengan kekuatan dan seluruh potensi yang ada dari segenap kaum muslimin dan muslimat serta seluruh rakyat Indonesia, kita akan mampu mengatasi berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Semoga Allah s.w.t. memberikan kekuatan, kesabaran dan kemampuan kepada kita semua untuk melanjutkan pembangunan di segala bidang guna mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman, damai dan sejahtera didalam naungan dan ridha Allah Subhnahu wa Ta’aala, amin, amin yaa rabbal’alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ،
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ. وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ،،،
Jakarta, 17 November 2010 M
10 Dzulhijjah 1431 H
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,
Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si.
LAFADZ TAKBIR ‘IDUL ADHA
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ،،،
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, hanya untuk Allah segala pujian.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ.
Sungguh Allah Maha Besar. Pujian yang banyak hanya untuk Allah dan Maha Suci Dia setiap pagi dan petang. Tidak ada tuhan selain Allah, kami tidak menyembah kecuali hanya kepada-Nya, dengan mengikhlaskan beragama hanya untuk-Nya, meskipun orang-orang musyrik membencinya, meskipun orang-orang munafik membencinya, meskipun orang-orang kafir membencinya. Tidak ada Tuhan selain Allah semata, yang telah memenuhi janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan tentaranya, dan mengalahkan golongan-golongan lain dengan kekuatan-Nya sendiri. Tidak ada tuhan selain Allah. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, hanya untuk Allah segala pujian.
BIODATA SINGKAT
Nama : A. Muhaimin Iskandar
TTL : Jombang, 24 September 1966
Alamat : Jln. Denpasar Raya Blok C III No. 5, Kuningan, Jakarta Selatan
Istri : Rustini Murtadho
Anak : 3 (tiga) orang
Mega Safira (4 Maret 1996),
Rahma Arifa (29 Feb 2000),
Egalita Az Zahra (26 Sept 2003
Riwayat Pendidikan :
• Madrasah Tsanawiyah Negeri, Jombang, 1979-1982
• Madrasah Aliyah Negeri I, Yogyakarta, 1982-1985
• FISIP UGM, Yogyakarta, 1985-1992
• Ilmu Komunikasi UI, Jakarta, 1996-1998
Karir & Pekerjaan :
• Staf Pengajar Pesantren Denanyar, Jombang, 1980-1983
• Sekretaris Lembaga Kajian Islam dan Sosial, Yogyakarta, 1989
• Ketua Umum PC PMII Yogyakarta, 1991-1992
• Kepala Divisi Penelitian Lembaga Pendapat Umum, Jakarta, 1992-1994
• Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tabloid Detik, 1993
• Ketua Umum PB PMII, 1994-1997
• Peserta “The Second World Congress of The Youth Federation for World Peace”, Washington DC, 1996
• Peserta “The International Council Meeting”, WCRP, Hidelsheim, Germany, 1997
• Hellen Keller Internasional, 1998
• Sekretaris Jenderal DPP PKB, 1998-2002
• Anggota DPR RI Pusat, 1999-2004
• Wakil Ketua DPR RI, 1999-2004
• Sekretaris Yayasan Semesta, Ciganjur, 2001
• Ketua Dewan Tanfidz DPP PKB, 2002-2005
• Wakil Ketua DPR RI, 2004 – sekarang
• Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP PKB, 2005 – sekarang
Karya Tulis:
• Editor buku: “Masyarakat Indonesia Abad XXI”, 1996
• Penyusun buku:
– Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran, Kalimasada PMII, 1997
– Gus Dur yang Saya Kenal, LKIS Jogjakarta, 2004
– Membajak di Ladang Mesin, Yayasan Wahyu Sosial, 2004
– Melampaui Demokrasi (Reflaksi Sewindu PKB), Klik R Yogyakarta, 2006
• Berbagai artikel tentang kebudayaan, sosial politik, untuk berbagai media dan pertemuan ilmiah












