۞ شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِيْنَ مَا تَدْعُوْهُمْ اِلَيْهِۗ اَللّٰهُ يَجْتَبِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْٓ اِلَيْهِ مَنْ يُّنِيْبُۗ
“Dia (Allah) telah mensyariatkan bagi kamu agama yang Dia wasiatkan (juga) kepada Nuh, yang telah Kami wahyukan kepadamu (Nabi Muhammad), dan yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki pada (agama)-Nya dan memberi petunjuk pada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)”
(Asy-Syura [42] : 13)
JIC– Karunia terbesar yang Allah SWT limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, yaitu Dia menetapkan sebaik-baik agama untuk mereka; yang paling utama, paling suci, paling bersih yaitu Dinul Islam, yang telah Allah swt syari’atkan untuk orang-orang pilihan yang diistimewakan di antara hamba-hamba-Nya, untuk yang terbaik dari yang terbaik, dan teristimewa dari yang istimewa. Mereka adalah Ulul ‘Azmi; Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw. Mereka adalah manusia paling tinggi moralnya dan paling sempurna derajatnya.
Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Islam adalah ruh kebahagiaan dan kutub pusaran kesempurnaan. Yang diserukannya; tauhid, amal-amal saleh, akhlak dan adab.
وَاِذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖوَاَخَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَاقًا غَلِيْظًاۙ
(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi, darimu (Nabi Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam. Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, (Al-Ahzab [33]: 7).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menjelaskan bahwa agama yang dibawa oleh para rasul semuanya adalah agama tauhid, yaitu yang menganjurkan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Menegakkan agama dan tidak bercerai berai maksudnya ; Allah swt memerintahkan kepada semua nabi untuk rukun dan bersatu, serta melarang mereka berpecah belah dan berlainan pendapat.
Menegakkan agama juga berarti Allah swt memerintahkan hamba-Nya untuk menegakkan seluruh syariat-syariat agama, prinsip-prinsip dan cabang-cabangnya. Menegakkannya kepada orang lain, saling tolong menolong atas kebaikan dan takwa, dan tidak tolong menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan.
Menegakkan agama adalah melaksanakan aneka kewajiban, tidak berpaling darinya, berdiri bershaf-shaf di bawah satu panji yang secara berturut-turut dikibarkan oleh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
Menguatkan persatuan berarti tidak berpecah belah, hendaknya terjadi kesepakatan dalam masalah prinsip-prinsip agama dan cabangnya, berupaya serius untuk tidak dipecah belah oleh persoalan-persoalan dan tidak dikelompok-kelompok sehingga menjadi bergolong-golongan, yang sebahagian memusuhi sebahagiaan yang lain, padahal masih sepaham dalam masalah prinsip agama.
Menguatkan persatuan adalah berada dalam rombongan yang ramah kepada Allah swt dan ramah kepada alam semesta. Merasakan kedamaian di tengah-tengah kaum yang beriman kepada Allah, dan di antara orang-orang yang berjalan di atas syariat-Nya. Mengikis perselisihan dan pertentangan, merasa sangat dekat, yang mendorongnya untuk bekerjasama dan saling pengertian.
Ada beberapa kisah dari salafussalihin;
Abu Darda’, sahabat Rasulullah SAW selalu berdo’a bagi sahabat-sahabat yang lain setiap malam.
Imam Ahmad pernah berkata kepada putra Imam Syafi’I, Ayahmu termasuk salah satu dari enam orang yang selalu saya do’akan setiap saat menjelang pagi.
Suatu ketika, Malik bin Dinar datang kepada al-Hasan al-Bashry untuk belajar tentang suatu ilmu. Dia berkata, Al-Hasan adalah guruku.
Suatu saat Sufyan ats-Tsauri datang menemui Rabi’ah al-Adawiyah untuk berguru kepadanya. Para ulama beranggapan, tujuan ilmu ialah untuk diamalkan. Mereka faham bahwa ilmu adalah alat.
Rasulullah SAW bersabda, Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain (HR. Muttafaq ‘alaihi).
Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam (HR. Muslim).
Kiat-kiat menegakkan agama dan menguatkan persatuan;
1. Selalu bersyukur atas nikmat iman dan takwa
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, “Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Luqman [31]: 12).
Di antara bentuk mensyukurinya, kita senantiasa memperbaiki niat atau motivasi dalam beribadah dan beramal usaha. Luruskan niat ibadah, bekerja, berumah tangga, berdakwah, berorganisasi, berpolitik, hidup dan matinya hanya untuk Allah.
2. Kewajiban berdakwah menegakkan agama Allah
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung (Ali-Imran [3]: 104).
Walaupun terdapat perbedaan di antara ulama; apakah hukum berdakwah fardhu kifayah atau fardhu ‘ain, sebagai seorang mukmin kita bertanggung jawab atas tegaknya agama Allah, mulianya para ulama, dan terhormatnya syi’ar-syi’ar agama.
3. Mengikis hasad, iri dan dengki
Rasulullah saw bersabda, Janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling memutuskan hubungan, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling memperdaya, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara (HR. Bukhari dan Muslim).
Jauhilah prasangka karena prasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam dunia kerja, bisnis, organisasi dan bahkan dunia dakwah, terkadang selalu ada penyakit hati ini. Tak peduli siapa pelakunya; mungkin pucuk pimpinan mungkin pula bawahan di dunia kerja, mungkin aktifis dakwah atau pimpinan majlis taklim.
Ilmu dan amal menurut Said Hawwa mampu mengobati penyakit hati ini. Ilmu yang bermanfaat bagi penyakit kedengkian ialah mengetahui secara pasti bahwa kedengkian sangat berbahaya bagi dunia dan agamanya.
Bila kita telah mengetahui hal ini dengan bashirah dan kita tidak menjadi musuh diri ini dan tidak pula menjadi teman musuh kita, maka dapat dipastikan bahwa kita telah menjauhi kedengkian.
4. Mengendalikan lidah
وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا
Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia (Al-Isra’ [17]: 53).
Pesan Allah swt kepada orang-orang beriman ini agar berkata-kata, berbicara sesuatu yang baik dan benar, untuk menjaga dan memelihara hubungan silaturrahim dan persatuan. Terkadang lidah terlalu rajin mengomentari sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dan tidak penting dikomentari, juga jempol terlampau mahir menshare informasi, berita atau gambar yang mungkin perlu diverifikasi terlebih dahulu. Tak heran Rasulullah saw berpesan agar kita berkata baik dan benar atau diam saja.
Menurut Said Hawwa, di antara kewajiban utama kita dalam urusan lidah ini ialah menggunakannya dalam dakwah kepada kebaikan, amar ma’ruf nahi munkar, mendamaikan persengketaan, dan menyerukan kebaikan dan takwa.
5. Sabar
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَىِٕمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْاۗ وَكَانُوْا بِاٰيٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
Kami menjadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Mereka selalu meyakini ayat-ayat Kami. (as-Sajdah [32]: 24).
Kesabaran ada dua macam; Pertama, kesabaran yang berkaitan dengan fisik, seperti ketabahan, ketegaran memikul beban dengan badan. Beribadah salat tahajjud dengan menahan kantuk, tilawah Qur’an dengan menahan mata untuk fokus tidak bergeser ke yang lain. Kedua, kesabaran yang terpuji dan sempurna yaitu kesabaran yang berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri dari berbagai keinginan dan tuntunan nafsu. Bersabar ataus godaan atau dari keinginan untuk merusak ukhuwah dan persatuan, muncul keinginan memecah belah umat Islam
6. Ridha
وَعَدَ اللّٰهُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا وَمَسٰكِنَ طَيِّبَةً فِيْ جَنّٰتِ عَدْنٍ ۗوَرِضْوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ ࣖ
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, surga-surga yang sungai-sungai mengalir di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan tempat-tempat yang baik di surga ‘Adn. Rida Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung. (At-Taubah [9]: 72).
Puncak ihsan adalah ridha Allah terhadap hamba-Nya yaitu ganjaran ridha hamba terhadap Allah SWT.
Apa pun ujian yang Allah swt berikan, orang beriman akan menjalaninya, selain ia yakin bahwa pahala yang dijanjikan-Nya jauh lebih besar ketimbang apa yang dialaminya. Maka ia akan ridha, menerima dengan tulus, karena dilandasi cinta yang agung kepada Allah SWT.
7. Menjauhi pertengkaran
Dari Bunda ‘Aisyah ra, Rasulullah SAW bersabda, Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras dalam pertengkaran (HR. Bukhari).
Sering didapatkan perbedaan persepsi, perbedaan paradigma berfikir dalam konteks pekerjaan, dakwah dan berorganisasi, menyebabkan konflik dan pertengkaran, baik sifatnya secara halus maupun terang-terangan.
Karena perbedaan hal ini, memandang pihak lain sebagai musuh, bukan diambil sebagai partner dan sinergi kebaikan. Terlebih saat 3-4 bulan ke depan ini masuk musim kampanye, saat pencoblosan dan penghitungan surat suara pilpres dan pileg Februari 2024 mendatang.
8. Saling mendo’akan sesama muslim
Rasulullah saw bersabda, Apabila seseorang mendo’akan saudaranya dari jauh maka malaikat berkata, Dan bagimu seperti itu juga (HR. Muslim)
Abdullah bin Abbas mengomentari penggalan ayat 29 surat Al-Fath, رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ , berkasih sayang sesama mereka. Yaitu orang saleh di antara mereka mendo’akan orang yang tidak saleh di antara mereka. Sebaliknya, orang yang tidak saleh di antara mereka, mendo’akan orang yang saleh di antara mereka.
Dalam konteks dunia Islam kekinian, terus kita lantunkan munajat, do’a dan qunut nazilah bagi saudara-saudara kita di Palestina dan Ghaza khususnya, mengingat genoside Israel telah memasuki angka di atas 10.000 korban syahid warga Palestina.
*Ayat-ayat Pendidikan bagian ke-32 ditulis oleh: Ustaz Arief Rahman Hakim, M.Ag (Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Pelatihan PPIJ)