Kesediaan Berkurban: Titik Tolak Pembangunan Kesejahteraan Bangsa

0
187

.: Oleh : Didin Hafidhuddin :. Semangat berkorban dari Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS beserta keluarganya, demikian pula Rasulullah SAW dan para sahabatnya harus kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kesediaan mengurbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan yang lebih besar, merupakan titik tolak yang kuat dalam membangun kesejahteraan bangsa.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر 3×

اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، وَصَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّجُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُنَافِقُوْنَ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ واَحِدَةٍ مِنْ غَيْرِ الأُمَمِ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُواْلجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِيْ الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلِّمْ عَلَى حِبِيْبِنَا الْمُصْْطَفَى، الَّذِيْ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى اْلأَمَانَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَاإِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجَاهَدَ فيِ اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ. أَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْفَازَ الْمُتَّقُوْنَ!

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Kita bersyukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan nikmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita semua, terutama nikmat Iman – Islam dan nikmat kesehatan, sehingga pada hari raya yang agung ini, ‘Iedul Adha atau ‘Iedul Qurban 1430 H, kita dapat melaksanakan shalat ‘Ied berjamaah, disertai dengan ucapan, tahmid, tahlil dan takbir mengagungkan asma Allah SWT. Sebuah kenikmatan spiritual dan kelezatan ruhaniyyah yang tiada tara bandingannya.

Dan setelah selesai shalat ‘Iedul Adha ini sampai dengan 13 Dzulhijjah atau sampai dengan tiga hari kemudian (hari taysrik), kita diperintahkan untuk menyembelih hewan kurban, terutama bagi mereka yang mampu. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Kautsar [108] ayat 1-3 dan QS. Al-Hajj [22] ayat 36-37.

قَألَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلأََبْتَرُ (3). {الكوثر: 1-3}.

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak (1) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (3).” (QS. Al-Kautsar [108]: 1-3).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُم مِّن شَعَائِرِ اللهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (36) لَن يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِن يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ (37). {الحج: 36-37}.

“Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi`ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur (36) Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (37).” (QS. Al-Hajj [22]: 36-37).

Betapa pentingnya kaum muslimin yang mampu untuk menyembelih hewan kurban ini, sampai-sampai Rasulullah SAW menyatakan dalam sabdanya:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا. {رواه أحمد وبن ماجه}.

“Rasulullah Saw. bersabda: ”Barangsiapa diberikan keluasan rizki dan tidak mau menyembelih hewan qurban, maka janganlah dekat-dekat dengan masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Mudah-mudahan kita semua dapat melaksanakan sunnah yang sangat mulia ini dan mudah-mudahan Allah SWT akan menerima segala amal ibadah kita. Amin.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Sementara itu saudara-saudara kita yang sedang melaksanakan ibadah haji, saat ini sedang berada di Mina untuk melaksanakan salah satu wajib haji yang penting yaitu melakukan jumratul aqobah. Dan hari kemarin tanggal 09 Dzulhijjah, mereka melaksanakan rukun haji yang paling utama, yaitu wuquf di Padang Arafah. Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اَلْحَجُّ عَرَفَةٌ.

“Rasulullah Saw. bersabda: “(inti dari) ibadah haji itu adalah wukuf di Padang Arafah.”

Arafah yang seakar kata dengan Ma’rifat, menunjukkan bahwa orang yang sedang/sudah pernah wukuf di Padang Arafah, adalah orang-orang yang seharusnya semakin tinggi ma’rifatnya, keimanannya, ketauhidannya kepada Allah SWT. Semakin kuat keimanan dan keyakinannya kepada ajaran Allah SWT/ajaran Islam, yang semua syariat dan aturannya untuk kebaikan kehidupan baik pribadi, keluarga, maupun bagi kebaikan kehidupan masyarakat dan bangsa. Apabila pribadi, keluarga dan masyarakat, tunduk dan patuh kepada ajaran Islam, maka kehidupan kita akan sukses dan sejahtera, dunia dan akhirat dan kita akan mampu mengatasi berbagai masalah hidup dan kehidupan.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ. {النحل: 97}.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ. {الأعراف: 96}.

“jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf [7]: 96).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Sebaliknya jika secara jelas dan terang-terangan kita menentang aturan Allah SWT, sama sekali tidak mau melaksanakannya, maka kita akan mengalami kesulitan dalam kehidupan ini, dan tidak akan mampu mengatasi berbagai macam persoalan yang terjadi.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيراً (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127). {طه: 124-127}.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (124) Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” (125) Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan” (126) Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal (127).” (QS. Thaha [20]: 124-127).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Sebagai contoh dalam bidang ekonomi. Kegiatan ekonomi harusnya melahirkan kesejahteraan dan kemakmuran, akan tetapi dalam kenyataannya justru melahirkan kesenjangan. Kesenjangan antara Negara-negara maju dengan Negara-negara miskin dan kesenjangan antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian lembaga the New Economics Foundation (NEF) Inggris tentang hubungan antara pertumbuhan pendapatan per kapita dengan proporsi atau share dari pertumbuhan tersebut yang dinikmati oleh kaum miskin. Mereka menemukan bahwa pada dekade 1980an, dari setiap kenaikan 100 dolar AS pendapatan per kapita dunia, maka kaum miskin hanya menikmati 2,2 dolar AS, atau sekitar 2,2 persen. Artinya, 97,8 persen lainnya dinikmati oleh orang-orang kaya.

Kemudian pada kurun waktu antara tahun 1990 hingga 2001 dan seterusnya, kesenjangan tersebut semakin menjadi-jadi. Setiap kenaikan pendapatan per kapita sebesar 100 dolar AS, maka prosentase yang dinikmati oleh orang-orang miskin hanya 60 sen saja, atau sekitar 0,6 persen. Sedangkan sisanya, yaitu 99,4 persen, dinikmati oleh kelompok kaya dunia. Hal tersebut menunjukkan adanya penurunan share kelompok miskin sebesar 73 persen. Fakta tersebut menunjukkan bahwa perekonomian dunia saat ini cenderung bergerak kepada ketidakseimbangan penguasaan aset dan sumber daya ekonomi, yang menjadikan kelompok kaya menjadi semakin kaya, dan kelompok miskin semakin miskin.

Fakta serupa ditemukan pula dalam Human Development Report 2006 yang diterbitkan oleh UNDP (United Nations Development Programme). Berdasarkan laporan tersebut, 10% kelompok kaya dunia menguasai 54% total kekayaan dunia. Sedangkan sisanya 90% masyarakat dunia menguasai 46% total kekayaan dunia (Beik, 2006). Salah satu faktor utama yang menyebabkan besarnya kesenjangan pendapatan tersebut adalah karena ketiadaan mekanisme distribusi kekayaan yang mencerminkan prinsip keadilan dan keseimbangan, sehingga kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir kelompok. Padahal Allah SWT sangat menentang perputaran harta di tangan kelompok elit masyarakat saja, sebagaimana yang dinyatakan-Nya dalam QS Al-Hasyr [59] ayat 7: “….supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…”

Faktor lain adalah karena kita secara berani melanggar ketentuan riba yang jelas-jelas dilarang oleh Allah SWT.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللهَ وَذَرُواْ مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِيْنَ ﴿٢٧٨﴾ فَإِن لَّمْ تَفْعَلُواْ فَأْذَنُواْ بِحَرْبٍ مِّنَ اللهِ وَرَسُولِهِ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُؤُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ ﴿٢٧٩﴾. {البقرة: 278-279}.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (278) Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (279).” (QS. Al-Baqarah [2]: 278-279).

Semua ulama, pakar ekonomi Islam dan berbagai organisasi Islam mengatakan bahwa contoh sistem riba sekarang ini adalah sistem bunga. Beberapa contoh lembaga yang menyatakan bunga sama dengan riba adalah:

1)     MAJLIS TARJIH MUHAMMADIYYAH (Sidoarjo, 1968).

2)     LAJNAH BAHSUL MASAIL – NU (Bandar Lampung, 1982).

3)     Sidang Organisasi Konferensi Islam (Pakistan, 1970).

4)     Mufti Negara Mesir ( 1989).

5)     Konsul Kajian Islam Dunia (Cairo, 1965).

6)     Komisi Fatwa MUI (Desember, 2003).

Oleh karena itu mari kita tinggalkan riba, dan secara bertahap kita beralih pada sistem ekonomi syariah, yang mengedepankan sistem bagi hasil yang dilandasi kejujuran, kerja keras, transparansi dan keimanan kepada Allah SWT.

Demikian pula sistem ekonomi Islam ini, ditopang oleh salah satu unsurnya yang penting yaitu zakat, infaq, shadaqah dan wakaf, yang semua itu jika dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, baik penghimpunannya maupun pendistribusiannya, melalui Amil Zakat yang amanah dan professional, akan mempercepat proses kesejahteraan masyarakat.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّباً لِّيَرْبُوَ فيِ أَمْوَالِ النَّاسِ فَلاَ يَرْبُو عِندَ اللهِ وَمَا آتَيْتُم مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ. {الروم: 39}.

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum [30]: 39).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَمْحَقُ اللهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ ﴿٢٧٦﴾ إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٢٧٧﴾. {البقرة: 276-277}.

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa (276) Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (277).” (QS. Al-Baqarah [2]: 276-277).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Contoh selanjutnya yang ditekankan dalam syariat Islam adalah keadilan dalam penegakan hukum. Keadilan dalam penegakan hukum ini merupakan benteng yang sangat menentukan jatuh bangunnya sebuah bangsa, bahkan sebuah peradaban. Sejarah telah mencatat bahwa sebuah peradaban akan kuat apabila ditopang oleh penegakan hukum yang mencerminkan asas keadilan. Sebaliknya, kehancuran setiap peradaban selalu diawali dengan kehancuran moral dalam penegakan hukum yang berujung pada ketidakadilan. Rasulullah SAW sendiri pun telah mengingatkan dalam sebuah haditsnya bahwa di antara penyebab kehancuran umat-umat terdahulu adalah terletak pada ketidakadilan penegakan hukum, dimana hukum ditegakkan hanya pada kelompok lemah masyarakat. Jika berhadapan dengan kelompok elit dan berkuasa, maka hukum menjadi tidak berdaya.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوْا إِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الشَّرِيْفُ تَرَكُوْهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيْهِمُ الضَّعِيْفُ أَقَامُوْا عَلَيْهِ الْحَدَّ وأَيْمَ اللهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا. {رواه مسلم عن عائشة}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya hancur dan rusaknya orang-orang sebelum kalian adalah, bahwasanya ketika yang mencuri dari mereka adalah golongan orang-orang kaya, mereka enggan dan tidak mau menghukumnya. Akan tetapi jika yang mencuri dari golongan orang-orang yang miskin dan lemah, mereka memberlakukan hukuman tersebut. Demi Allah, seandainya Fathimah binti Muhammad mencuri, pasti aku (Muhammad) akan memotong tangannya (dengan tanganku sendiri).” (HR. Muslim dari ‘Aisyah).

Di negara kita, terlepas dari persoalan hukum yang kini ramai dibicarakan, kita berharap agar aparat penegak hukum tetap mengedepankan prinsip keadilan, kejujuran, keberanian, dan profesionalitas di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Polri, Kejagung, dan KPK harus bersatu padu dan bersinergi di dalam menghadapi berbagai macam tindak kejahatan yang terjadi di negeri ini, terutama kejahatan korupsi yang telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Korupsi inilah yang menjadi salah satu akar permasalahan kemiskinan, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia.

Dalam buku The End of Poverty How We Can Make It in Our Lifetime, Jeffrey Sachs, mantan penasehat khusus Sekjen PBB Kofi Annan mengatakan bahwa salah satu penyebab utama kemiskinan yang terjadi di benua Afrika adalah dikarenakan korupsi yang telah merambah semua lini pemerintahan. Karena itu ia mengatakan, jika sebuah negara ingin keluar dari perangkap kemiskinan, maka memerangi korupsi merupakan sebuah kebutuhan. Bahkan Huguette Labelle, mantan ketua Canadian International Development Agency (CIDA) menegaskan bahwa bukan kemiskinanlah yang menyebabkan korupsi, melainkan korupsilah yang menjadi penyebab kemiskinan.

Tidak hanya itu, dalam penelitian Gupta et al (1998) terhadap 38 negara berbeda, terungkap bahwa korupsi memiliki beberapa dampak. Pertama, korupsi menyebabkan meningkatnya kesenjangan pendidikan, rendahnya rata-rata lama masa bersekolah penduduk, dan ketidak-seimbangan distribusi lahan dan kekayaan alam. Dengan kata lain, akan menciptakan kebodohan dan ketidakadilan penguasaan sumberdaya alam. Kedua, korupsi menyebabkan kurang efektifnya social spending (belanja sosial). Padahal belanja sosial ini, terutama yang bersumber dari APBN, sangat dibutuhkan untuk menanggulangi kemiskinan. Ketiga, korupsi menghambat pertumbuhan ekonomi. Keempat, korupsi akan mengurangi pendapatan pajak, padahal ia merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang utama.

Jika korupsi telah berjalan secara sistematis, maka menurut Robert Klitgaard, ia akan menciptakan well organized crimes yang dampaknya akan memperburuk kondisi kehidupan sebuah bangsa. Dengan kata lain, korupsi bisa menyuburkan tumbuhnya kejahatan-kejahatan yang lain. Inilah barangkali yang menjadi salah satu hikmah dari sebuah hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهُ s: كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ. {رواه الترمذي}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih utama baginya.” (HR. Tirmidzi).

Artinya, ketika pemenuhan konsumsi dan kebutuhan individu, keluarga maupun masyarakat didapat melalui jalan korupsi, maka hal tersebut akan mendorong orang untuk cenderung berperilaku negatif dan merugikan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah [2] ayat 188.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ. {البقرة: 188}.

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 188).

Al-Qur’an memasukkan kejahatan korupsi pada perilaku fasad yang sanksinya adalah di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Maidah [5] ayat 33.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّمَا جَزَاء الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فيِ الأَرْضِ فَسَاداً أَن يُقَتَّلُواْ أَوْ يُصَلَّبُواْ أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلافٍ أَوْ يُنفَوْاْ مِنَ الأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فيِ الدُّنْيَا وَلَهُمْ فيِ الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ. {المائدة: 33}.

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah [5]: 33).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Hadirin Jama’ah ‘Iedul Adha Rahimakumullah

Inilah beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian kita semua, agar hati dan fikiran kita semakin tunduk dan patuh kepada ketentuan Allah SWT. Semangat berkorban dari Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS beserta keluarganya, demikian pula Rasulullah SAW dan para sahabatnya harus kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kesediaan mengurbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan yang lebih besar, merupakan titik tolak yang kuat dalam membangun kesejahteraan bangsa.

Semoga Allah SWT selalu memberikan taufiq, hidayah kepada masyarakat dan bangsa kita agar menjadi bangsa yang benar-benar beriman, bertaqwa sehingga menjadi bangsa yang makmur dan sejahtera lahiriyyah dan bathiniyyah, dunia dan akhirat. Amin.

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ الآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فيِ زُمْرَةِ الْمُوَحِّدِيْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ. {الأعرا: 96}.أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

BIODATA SINGKAT
Nama Lengkap               : Didin Hafidhuddin
TTL                             : Bogor, 21 Oktober 1951
Alamat                         : Kampus UIKA Jl. KH. Soleh Iskandar Km. 2 Kedunga Badak Bogor, 16162
Telp                            : 0251-8317340/0811119833/087878314555
Email                           : hafidhuddin@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
Keluarga                      : 1 (satu) isteri dan 5 (lima) anak
Pekerjaan/Jabatan         : 1) Direrktur Pascasarjana UIKA Bogor
2)    Guru Besar IPB dan UIN Jakarta
3)    Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
4)    Anggota DSN – MUI  dan DPS beberapa Lembaga Keuangan Syariah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

thirteen − 8 =