MAULID RAWI MELAYU DI JIC

0
273

Bulan Rabi`ul Awal adalah bulan peringatan kelahiran (maulid atau maulud) Nabi Muhammad saw. Di tengah persoalan kekerasan atas nama agama yang terjadi baru-baru ini, peringatan maulid Nabi saw. dapat menjadi momentum muhasabah atau introspeksi bagi umat Islam tentang sosok manusia sempurna yang diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.

Bulan Rabi`ul Awal adalah bulan peringatan kelahiran (maulid atau maulud) Nabi Muhammad saw. Di tengah persoalan kekerasan atas nama agama yang terjadi baru-baru ini, peringatan maulid Nabi saw. dapat menjadi momentum muhasabah atau introspeksi bagi umat Islam tentang sosok manusia sempurna yang diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. 

Peringatan Maulid Nabi saw. adalah sebuah produk kebudayaan Islam. Karena sebagai produk kebudayaan, maulid nabi memiliki ragam prosesi, yang satu daerah dengan daerah lainnya memiliki perbedaan, bahkan di masyarakat Betawi sendiri. Walaupun kegiatan intinya sama, yaitu pembacaan kisah maulid nabi berupa puisi panjang yang digubah oleh para ulama besar yang juga ahli syair, yang di Betawi disebut dengan rawi, dan umumnya berasal dari tiga kitab maulid yang sudah dijadikan rujukan turun-temurun dan dikenal di dunia Islam, yaitu: pertama, Syaraf al-Anam karya Syaikh al-Barzanji yang dikenal dengan nama Rawi al-Barzanji , kitab Ad-Diba`i . karya al-Imam Abdurrahman bin Ali ad-Diba’i asy-Syaibani az-Zubaidi yang dikenal dengan nama Rawi ad-Diba`i, dan kitab Maulid Azabi, karya Syaikh Muhammad al-Azabi. Namun bagi masyarakat Betawi, khususnya yang tinggal di Tenabang (Tanah Abang), mereka sejak tahun 40-an sampai sekarang terbiasa menggunakan Kitab Bacaan Maulid Nabi Muhammad SAW Dalam Bahasa Indonesia karangan Guru Mujib Tenabang atau yang dikenal dengan nama Rawi Melayu, atau sebagian orang menyebutnya Rawi Betawi.

Pada peringatan Maulid Nabi saw. yang akan dilaksanakan di JIC pada hari Selasa pagi, 15 Februari 2011 maulid Nabi Rawi Melayu ini akan dibacakan lengkap dengan kelompok rebananya yang tergabung di Ikatan Seni Betawi Tenabang (ISBAT). Bagi mereka yang selama ini sulit memahami makna pembacaan Rawi al-Barzanji atau Ad-Diba`i, pembacaan Rawi Melayu ini menjadi solusi untuk lebih menghayati perjalanan kehidupan Rasulullah saw., nabi dan rasul terakhir untuk semesta alam, dalam bahasa sendiri. Acara juga diisi dengan ceramah oleh Menteri Pendidikan RI, Prof. Dr.. H. Muhammad Nuh, D.E.A, bertempat di Ruang Ibadah Utama JIC. Esok harinya di Ruang Audio Visual JIC, Rabu siang jam 13 s/d 17.00 WIB, 16 Februari 2011, akan diadakan Seminar ” Regenerasi Ulama Betawi sebagai Pewaris Nabi saw. dan Pemimpin Etnik (Sebuah Kajian Genealogis) dengan pembicara Prof. Dr. Azyumardi Azra, Syekh KH. Saifudin Amsir, Drs. H. Ridwan Saidi, dan lain-lain. Seminar ini merupakan seminar buku hasil penelitian JIC dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Bagi yang ingin mengikuti seminar ini dan mendapatkan bukunya secara gratis dapat mendaftarkan diri ke 081314165949.

Lalu, siapakah Guru Mujib? Ia adalah salah seorang murid Guru Khalid Gondangdia. Nama lengkapnya Guru Mujib bin Sa`abah, lahir dan tinggal di Warung Ayu, Tenabang. Tidak banyak informasi yang diterima karena anak-anaknya sudah meninggal dunia (Muhammad, Misbah dan Sirojul Huda) dan ahli waris yang ada susah dilacak. Dari informasi yang diberikan oleh KH. Syukur Ya`kub, maka dapat diperkirakan ia lahir tahun 1870, sezaman dengan Habib Ali Kwitang.

Berbeda dengan ulama Betawi lainnya, setelah mengaji di tanah air, ia tidak meneruskan ngajinya ke Makkah. Ia memilih untuk mengaji ke India. Sepulangnya ke tanah air, ia membuka pengajian dengan mengajarkan fiqih, tauhid, akhlak, dan membacakan maulid. Namun tidak sebatas membacakan maulid, ia juga menyusun kitab maulid rawi bahasa Indonesia yang ditulis dalam bahasa Arab Melayu berjudul Bacaan Maulid Nabi Muhammad saw. dalam Bahasa Indonesia.

Guru Mujib bukan hanya mengarang kitab maulid rawi bahasa Indonesia saja, ada beberapa kitab lainnya di bidang fiqih dan akhlak. Guru Mujib juga dikenal kepahlawanannya. Pada agresi Belanda II yang mendompleng dengan sekutu, tentara Gurka menembakan meriamnya dari Pekuburan Karet Bivak ke arah Tenabang. Orang-orang lari berlindung ke musholla Guru Mujib. Konon, ketika orang-orang berlindung di mushollanya, Guru Mujib dengan segenap karomah yang diberikan oleh Allah swt. keluar rumah untuk menghalau peluru meriam dengan sabetan sorbannya. Kisah ini begitu membekas di hati orang-orang Tenabang dan kemudian dikisahkan turun-temurun sampai sekarang

Guru Mujib wafat pada tahun 50-an dan dimakamkan di salah satu tempat di sekitar Perkuburan Karet Bivak. Namun orang tidak bisa menemukan kembali kuburannya karena telah ditimbun oleh apartemen yang berdiri di atas makamnya, sesuatu yang merupakan bukti dari wasiat dari Guru Mujib ketika masih hidup dan bukti kewaliannya agar kelak kuburannya tidak diziarahi orang kemudian disakralkan dan dijadikan orang untuk ngalap berkah, jika ingin mengirimkan do`a untuknya cukup di tempatnya masing-masing. ***

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Staf Seksi Pengkajian Bidang Diklat JIC

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here